Ketika mendengar sejarah besar kasultanan Ngayogyakarta dizaman kepengker, pikiran kita sejenak diajak menari di awan, bagaimana tidak kasultanan Ngayogyakarta dahulu kala punya kekuatan yang mengagumkan di tanah jawa, sehingga jangan heran kasultanan Ngayogyakarta di anggap sebagai raja jawa dan pelindung masyarakat nusantara, karena pada saat dipimpin Sultan Agung dinasti kerajaan Ngayogyakarta mengalami kemajuan pesat, melalui kebudayaan rakyat yang adiluhung dan pada waktu itu mampu membangun ekonomi rakyat yang sungguh mengagumkan melalui sistem pertanian pada taraf yang lebih progress.
Pada zaman kepemimpinan Sultan Agung, Ngayogyakarta termasuk salah satu dinasti kerajaan besar yang tidak hanya ditanah Jawa, namun nusantara mengakui kebesaran sultan Ngadiyogyakarata pada waktu masa silam, tetapi dengan seiring perjalanan zaman yang mulai mengalami pergeseran, ternyata kasultanan Ngayogyakarta yang dahulu kala sebagai pemimpin jawa sudah mengalami masa jompo, karena kekuasaan kasultanan Ngayogyakarta semakin sempit, berkisar hanya disekitar ngayogyakarta. bahkan saat ini sudah mengalami tergerus yang sungguh luar biasa, apabila di Ngayogyakarta akan diterapkan sistem pilkada dalam memilih gubernur secara langsung.
Sistem pilkada dalam memilih gubernur secara langsung, apabila Benar-benar akan diadakan ditanah Ngayogyakarta, berarti kekuasaan sultan Ngayogyakarta telah mengalami regresi yang sangat luar biasa di banding zaman kepemimpinan Sultan Agung di masa silam.
Dinasti kerajaan maupun sebuah bangsa di alam semesta ini tidak ada yang abadi, sehingga wajar apabila kekuasaan sultan Ngayogyakarta saat ini mengalami regresi yang sungguh luar biasa, bahkan sudah bisa dibilang masa jompo telah menghinggapi dinasti Ngayogyakarta saat ini, sehingga umur dinasti kerajaan Ngayogyakarta tinggal menunggu hitungan waktu, mengingat kekuasaan sultan Ngayogyakarta sudah tidak seperkasa para pendahulu mereka dalam meletakkan kekuatan ditanah jawa saat ini.
Ketika dinasti kerajaan Ngayogyakarta mengalami masa jompo, berarti kalau menurut hitungan guru besar Ibn Khaldun, bahwa dinasti kerajaan tersebut sudah dapat dikatakan masa tua, sehingga lenyap dinasti kerajaan Ngayogyakarta semakin dekat dalam hitungan waktu.
Kalau kasultanan Ngayogyakarta sudah lenyap, maka tentu kasultanan Ngayogyakarta tinggal serakan sejarah luhur di masa silam. Nah! disitulah wajar kalau para pendukung kasultanan Ngayogyakarta menentang keras pilkada dalam memilih gubernur secara langsung, karena apabila itu Benar-benar terjadi, kemungkinan besar kasultanan Ngayogyakarta tinggal sebuah nama dipeta sejarah dinasti kerajaan jawa.
Kasultanan Ngayogyakarta semakin hari bertambah umur dan mengalami masa tua, maka jompo sudah terasa dalam tubuh dinasti Ngayogyakarta, apabila jompo sudah terjangkiti penyakit kronis, maka keberadaan kasultanan Ngayogyakarta tinggal sebuah nama, sehingga dengan daya kekuatan apapun para pendukung setia kasultanan Ngayogyakarta, akan terus berusaha mempertahankan dan menentang keberadaan pilkada dalam memilih gubernur secara langsung yang dianggap membahayakan kekuasaan kasultanan Ngayogyakarta, namun yang perlu di ingat dan direnungkan, kalau sang maha kuasa berkehendak menggaris masa berakhir sebuah dinasti kerajaan maupun bangsa , maka tidak ada seorangpun yang dapat mengahalangi kekuasaan garis sang maha pencipta segala, karena segala sesuatu milik Allah dan akan kembali kepada-NYA. Wallahu a’lam bisshowab………..