Thursday 24 September 2015

Rasio Ternyata Penyebab Perang Agama


by: Khoirul Taqwim

Sebelum membahas rasio ternyata penyebab perang agama terlebih dahulu bagi para pengagum rasionalitas saya ajak untuk menarik nafas sedalam mungkin, agar dalam menerima tulisan ghaib ini dapat mencermati dengan santai dan mampu mencerna tentang sebenarnya apa yang terjadi tentang perang agama yang sering menelan korban harta maupun jiwa.

Kejadian perang agama mulai dari tingkat daerah yang terjadi di maluku, poso, bahkan sampai di tingkat Internasional antara palestina melawan Israel ternyata tidak lepas dari peran rasio yang menjadi penyebab terbesar terjadinya konflik berdarah ini, lalu yang menjadi pertanyaan terbesar adalah: apakah benar rasio yang menyebabkan terjadinya perang agama?....berangkat dari situlah perlu adanya suatu kajian tentang rasio dalam memaknai beragam persoalan tentang agama.

Perang agama yang tejadi di masa lalu maupun saat ini merupakan bentuk penafsiran rasio dalam memahami agama sesuai dengan nalar teoritis maupun praktis yang di miliki setiap individu maupun kelompok, sehingga memunculkan perbedaan dalam menghasilkan suatu tafsir agama, sehingga dari perbedaan itu terjadi bola liar yang tidak dapat di hindarkan yang membentuk benturan antar keyakinan.

Rasio mempunyai peran sebagai alat dalam memahami suatu permasalahan atas keajadian dalam persoalan kehidupan beragama, sehingga rasio sangat dominan menjadi penentu perang atau tidaknya dalam kehidupan beragama, berangkat dari argumen itulah berarti terjadinya perang agama akhir-akhir ini tidak lepas dari yang namanya rasionalitas.

Pemicu perang agama di karenakan rasio ekstrim dengan ambisi berlomba-lomba merasionalkan agama sebagai cara menunjukkan superioritas dalam diri agama masing-masing baik secara individu maupun kelompok, sehingga memunculkan gesekan sosial yang terus terjadi dalam kehidupan masyarakat, karena dari situlah muncul keinginan sebagai individu maupun kelompok yang paling kuat di antara satu sama yang lain.

Keberadaan rasio manusia dalam memahami beragam persoalan tidak lepas dari yang namanya hukum rimba yang mempunyai ambisi ingin saling mengalahkan satu sama lain, sehingga memunculkan keinginan berkuasa dari kelompok agama satu dengan menguasai kelompok agama lainnya.

Hakikat rasio manusia sebenarnya ingin berkuasa, berangkat dari hakikat rasio itulah segala cara apapun di lakukan sebagai jawaban dalam meraih kemenangan sebagai petarung rasio sejati, sehingga dari hakikat rasio itu dapat di tarik kesimpulan bahwa rasio manusia ingin paling berkuasa di antara yang lain, kalau ini muncul dalam tatanan keberagaman agama, sudah dapat dipastikan yang ada benturan agama yang saling ingin menjatuhkan agama satu sama yang lain.

Melihat dari beberapa gambaran yang sudah di paparkan tadi dapat di kerucut penyebab terjadinya konflik agama disebabkan keberagaman rasio pembenaran diri tanpa melihat pendapat yang lain dengan arif dalam memahami agama dan juga memposisikan suatu agama tetapi keduanya tidak sejalan dalam pemaknaan, sehingga yang terjadi adalah benturan rasio satu sama lain yang tidak terhindarkan disinilah awal benih perang agama yang jauh dari tepa selira (tenggang rasa) dalam kehidupan beragama.

Penyebab perang agama selain argumen di atas, karena di sebabkan adanya benturan dalam rasio teoritis dengan rasio praktis dalam menyikapi agama tidak sejalan, sehingga keduanya gagal dalam menyikapi tepa selira dalam beragama, sehingga dari situlah nanti timbul perang antar agama dalam kehidupan masyarakat.

Kalau kita simpulkan sementara penyebab perang agama karena rasio ekstrim yang menjadikan saling hujat menghujat satu sama lain, berangkat dari situlah terjadi penyakit rasionalitas yang sudah kronis, sehingga penyakit tersebut mewabah dalam kehidupan masyarakat beragama yang di sebabkan kesehatan rasio sudah terganggu dalam kehidupannya.

Maksud dari tulisan di atas hanya sebagai penyeimbang dan kontrol atas rasionalitas, karena penulis sering mendengar tuduhan rasionalitas kalau yang menyebabkan perang agama adalah ajaran yang tidak tepat dalam agama itu sendiri, tetapi penulis memberikan tanggapan yang berbeda bahwa penyebab perang agama di karenakan rasio manusia dalam memahami ajaran agama terlalu dangkal, sehingga perang tidak dapat di hindarkan dalam kehidupan masyarakat beragama.