by: Khoirul Taqwim
Hari gelap melambung di ketinggian
Suara badai laut mencekam seluruh desa waktu itu
Halilintar nampak menggelagar di antara pusaran alam
Inilah suatu tantangan zaman yang semakin kejam
Meliuk-liuk bah nahkoda tentang makna kesejahteraan
Yang semakin keropos di ujung sesak nafas kehidupan
Zaman perubahan telah tiba waktu
Pertanda lingkaran angin berputar kencang
Namun tak di mengerti apa yang sesunggunya berubah
Kesengsaraan berubah suasana kematian
Keserakahan mengubah diri menjadi menakutkan
Perubahan zaman tak karuan di rasa ini
Mesti harus belajar makna kemanusiaan yang di terkam kenistaan
Pandanglah ke penjuru alam nan jauh di awan
Hiruplah udara yang kian menipis
Coba lihatlah tentang makna perubahan
Belajarlah apa yang terjadi tentang kemanusiaan
Agar perubahan kedepan menjadi kekayaan yang mengagumkan
Bukan malah menjadi pabrik keserakahan
Bergulirlah zaman seiring lanjutan kekuasaan
Terlentang kesigapan dalam mencerna hari yang kian tergerus
Menuju arwah-arwah yang tak jelas arah pandang
Kurebahkan diri dalam angan-angan panjang
Melihat kondisi zaman tiba-tiba yang datang
Sampai kutahu tentang hilang makna perubahan
Monday, 22 November 2010
Kobaran Perang
by: Khoirul Taqwim
Bayangan senja kala mulai turun dari peraduan
Nampak burung gagak terbang di awang-awang
Terlihat bau anyir menyayat hidung kebekuan
Hati ini mulai tak kuat menahan amarah yang terpendam
Gumpalan energi ingin berteriak sekencang angin topan
Di kawal tombak di penjuru alam
Kabar dari sanak terdengar nyaring di telinga kanan
Tentang perang melahap nyawa sang korban
Hingga berjatuhan jasad di penghujung jalan
Kala itu hatiku terpanggil atas jiwa yang agung
Kubawa sebilah pedang
Kuhunus tanah liat tanda perang nan datang
Kobaran perang telah tiba di awan
Lari adalah dosa besar
Lalu niatkan dalam hati
Berangkat membawa berang
Sambil membawa asma keikhlasan
Terlihat amuk ganasnya perang
Menusuk jantung keserakahan
Atas nama kemanusiaan
Di bumi kedzaliman
Perang tak dapat di hindarkan
Melayang berserakan jenazah terpanggang
Perang dahsyat merebut hak kemenangan
Udara adalah saksi kobaran api
Pertanda perang telah datang
Saat itu hati penuh niat kesucian
Di atas tanah lapang ini
Seketika bah ombak sekencang angin topan
Menggulung perang yang tak karuan
Bayangan senja kala mulai turun dari peraduan
Nampak burung gagak terbang di awang-awang
Terlihat bau anyir menyayat hidung kebekuan
Hati ini mulai tak kuat menahan amarah yang terpendam
Gumpalan energi ingin berteriak sekencang angin topan
Di kawal tombak di penjuru alam
Kabar dari sanak terdengar nyaring di telinga kanan
Tentang perang melahap nyawa sang korban
Hingga berjatuhan jasad di penghujung jalan
Kala itu hatiku terpanggil atas jiwa yang agung
Kubawa sebilah pedang
Kuhunus tanah liat tanda perang nan datang
Kobaran perang telah tiba di awan
Lari adalah dosa besar
Lalu niatkan dalam hati
Berangkat membawa berang
Sambil membawa asma keikhlasan
Terlihat amuk ganasnya perang
Menusuk jantung keserakahan
Atas nama kemanusiaan
Di bumi kedzaliman
Perang tak dapat di hindarkan
Melayang berserakan jenazah terpanggang
Perang dahsyat merebut hak kemenangan
Udara adalah saksi kobaran api
Pertanda perang telah datang
Saat itu hati penuh niat kesucian
Di atas tanah lapang ini
Seketika bah ombak sekencang angin topan
Menggulung perang yang tak karuan
Subscribe to:
Posts (Atom)
Copyright BATIK 1. Blogger Templates created by Deluxe Templates. SEO by: Templates Block
WordPress by Newwpthemes