Thursday, 9 July 2015
Cara Menulis Dengan Cepat
By: Khoirul Taqwim
Menulis dengan cepat membutuhkan keahlian khusus dalam merangkai kata. Sehingga menjadi tulisan yang baik dan enak dibaca, tentunya dalam menulis dengan cepat membutuhkan kebiasaan dalam merangkai huruf-perhuruf, kata-perkata, dan akhirnya menjadi sebuah bentuk tulisan yang dapat dibaca dengan penuh keindahan.
Pada saat menulis dengan cepat membutuhkan pengalaman yang tak sedikit, tetapi sebenarnya bukan masalah sedikit atau banyak pengalaman dalam menulis, tetapi pastinya bahwa menulis dengan cepat membutuhkan sebuah proses pembelajaran, supaya dalam menulis lebih menggunakan nalar yang cepat, bukan nalar yang lambat dalam melakukan sebuah penulisan.
Cara menulis dengan cepat harus bisa memanfaatkan situasi yang tepat pula, misalnya saat ini sedang menjalankan aktivitas yang bahagia mengendari sepeda motor. Maka tulislah tentang mengendarai sepeda motor dengan penuh kebahagiaan, begitu pula saat hati sedang sedih dan gundah. Maka tulislah tentang kesedihan dan kegundahan, tentunya akan menghasilkan sebuah tulisan yang penuh emosional dan penuh dengan fakta yang terjadi dalam diri anda.
Menulis dengan cepat juga membutuhkan bakat alami, walaupun menulis dengan cepat dapat dibentuk melalui keseharian dalam menulis, namun bakat alami lebih baik, apabila diasah secara terus menerus dalam melakukan sebuah bentuk penulisan.
Semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua tentang cara menulis dengan cepat, Amin...........
Cara Kaya Muda Dengan Mencontoh Keteladanan Nabi Muhammad SAW
By: Khoirul Taqwim
Islam mengajarkan umat manusia kaya muda dengan jalan kebaikan, bukan dengan jalan yang penuh kemaksiatan, apalagi kaya muda dengan cara menipu orang lain, untuk itulah Islam mengajarkan berbagai macam cara umat manusia dalam melakukan berbagai aktivitas kerja yang halal dan mengambil rezeki dengan jalan syari'ah.
Agama Islam sangat menekankan umat Islam dalam mencari rezeki dengan cara yang sesuai dengan tuntunan firman dan sabda. Sehingga dalam memperoleh rezeki umat manusia dapat mencontoh dari keteladanan Nabi Muhammad SAW, tentunya dengan jalan yang diperintahkan Allah SWT dan menjauhi larangan Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW dimasa muda saat mencari rezeki dengan cara berdagang diberbagai daerah maupun diberbagai negeri, dan melalui sikap kejujuran dan ketelitian Nabi Muhammad SAW berhasil sebagai pengusaha muda yang sungguh luar biasa kemahirannya dalam berdagang pada masanya.
Umat Islam yang ingin mencari rezeki dapat mencontoh keteladanan Nabi Muhammad SAW yang berhasil berdagang dan menempatkan dirinya sebagai pedagang yang sukses dimasanya. Sehingga Nabi Muhammad SAW dimasa mudanya dapat dikatakan sebagai pemuda yang kaya raya dengan cara berdagang. Maka untuk itulah umat Islam apabila ingin kaya raya dimasa mudanya dapat mecontoh konsep berdagang Nabi Muhammad SAW, supaya sukses sebagai pedagang dan pengusaha muda dimasa saat ini.
Berdagang merupakan salah satu contoh kecil cara kaya dimasa muda menurut agama Islam dengan mencontoh keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam melakukan berbagai aktivitas perdagangan.
Membedah Tembung "Manunggaling Kawula Gusti"
By: Khoirul Taqwim
Ketika membahas tentang permasalahan tembung "Manunggaling Kawula Gusti", terlebih dahulu saya mengajak kepada para pembaca, untuk menarik nafas sedalam mungkin, supaya kondisi kita saat membaca artikel pendek ini dapat menampung dan menganalisa secara jernih dan secara cerdas di dalam mengungkap istilah "Manunggaling Kawula Gusti".
Istilah "Manunggaling" merupakan sebuah proses penyucian diri (seseorang) dengan menyatu tindak tanduk dan perilaku sesuai dengan Yang Maha Agung. Sehingga antara aktivitas diri (seseorang) dengan kehendak Yang Maha Agung dapat sejalan sesuai dengan kehendak wahyu Ilahi, dan saat menuju proses melakukan sebuah aktivitas tidak lepas dari mengarah ke-Yang Maha Tunggal, tentunya dengan cara membagusi hati dan membagusi tindak-tanduk diri (seseorang) yang sudah berusaha melakukan sebuah laku "Manunggaling Kawula Gusti".
Begitu juga dengan istilah: "Kawula" merupakan sebuah tindakan diri (seseorang) di dalam melakukan sebuah aktivitas yang mengarah ke-Yang Maha Tunggal, tentunya menuju Gusti Yang Maha suci sebagai sang penguasa di jagad raya.
Dengan melihat manunggaling kawula, berarti segala aktivitas yang dilakukan oleh diri (seseorang) dengan cara lurus hanya untuk kepasrahan kepada Gusti Yang Maha suci, tentunya segala aktivitas hidup diri (seseorang) akan bermuara kepada Allah SWT.
"Manunggaling Kawula Gusti" merupakan sebuah penyatuan diri kepada gusti sang maha pencipta segala. Sehingga tingkah-laku diri (seseorang) dapat sesuai dengan kehendak sang maha agung, untuk mencapai kehidupan yang baik didunia maupun diakhirat kelak.
Gagasan "Manunggaling Kawula Gusti" berupaya memberikan pemahaman di dalam beragama tidak secara kulit semata, tetapi mampu memberikan sebuah pemahaman agama Islam secara hakikat. Sehingga kalau diri (seseorang) sudah mengerjakan amalan berupa rukun Islam, tetapi masih melakukan tindak-laku yang tidak baik, berarti diri (seseorang) tersebut, ternyata belum mencapai hakikat di dalam beribadah atau masih dalam tahap syar'i belaka.
Tidak jarang kita dipertontonkan oleh para Ustadz dengan gagasan keagamaan Islam yang hanya mengejar syar'i (tuntunan) belaka, tetapi lupa berbicara tentang hakikat sebuah ibadah, bahwa ibadah adalah: sebuah bentuk kepasrahan diri seseorang kepada sang maha suci, untuk di aplikasikan di dalam tataran realitas kehidupan secara baik laku dan tindak-tanduk diri seseorang secara benar, tentunya sesuai dengan kehendak wahyu Ilahi. Namun kenyataannya tidak sedikit ustadz yang hanya mengatakan ibadah dalam tataran sebatas wajib atau haram semata. Maka dari sinilah Manunggaling Kawula Gusti berupaya menyajikan pemahaman Islam secara hakikat tidak secara Syar'i semata.
Dengan membedah tembung "Manunggaling Kawula Gusti" diharapkan dapat menambah wawasan bagi umat Islam, bahwa kita di dalam menjalankan ibadah tidak terjebak hanya sebatas mengejar Syar'i semata, Sehingga kalau kita hanya sebatas mengejar Syar'i belaka, tentunya kita akan melupakan hakikat ibadah itu sendiri. Mengingat hakikat ibadah tidak kalah penting saat kita melakukan sebuah laku tindak-tanduk di dalam beribadah. Karena kalau kita hanya sebatas baik di dalam menjalankan ibadah sesuai Syar'i, tetapi laku tindak-tanduk masih jauh dari hakikat ajaran agama Islam, berarti sama dengan kita membohongi diri kita sendiri,
Semoga dengan membedah tembung "Manunggaling Kawula Gusti" dapat menambah kekayaan Ilmu kita di dalam menempuh kehidupan ini dan kehidupan selanjutnya, Amin...............
Subscribe to:
Posts (Atom)
Copyright BATIK 1. Blogger Templates created by Deluxe Templates. SEO by: Templates Block
WordPress by Newwpthemes