Sungguh ironis keberadaan bangsa Indonesia dengan wilayah yang sangat luas di banding Malaysia, tetapi banyak masyarakat Indonesia mencari peruntungan menjadi buruh di negara tetangga, padahal bangsa Indonesia seharusnya tidak kalah dengan Malaysia dalam membangun segi ekonomi, melihat potensi sumber daya alam yang berlimpah ruah dari Sabang sampai Merauke.
Bangsa Indonesia merdeka lebih dahulu di banding Malaysia, tetapi dalam membangun ekonomi bangsa Indonesia masih tertingal jauh di banding Malaysia, bagaimana tidak?....masyarakat Indonesia masih jauh dari hidup layak berupa sandang, pangan dan papan masih banyak yang belum tercukupi, sehingga mengakibatkan kemiskinan masyarakat Indonesia yang tidak dapat dihindarkan, bahkan sangat ironis, sebagian masyarakat Indonesia ada yang mengalami kelaparan.
Melihat kekayaan alam yang berlimpah dari Sabang sampai Merauke, sudah seharusnya masyarakat Indonesia dapat hidup sejahtera, tetapi ternyata masyarakat Indonesia masih jauh dari harapan kesejahteraan, tentu ini menjadi pekerjaan rumah bagi pengelola negara, untuk terus membangun masyarakat yang adil dan sejahtera.
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, ternyata malah cenderung mengalami stratifikasi sosial yang sangat parah, sehingga memunculkan kesenjangan sosial yang tidak dapat dihindarkan. Inilah yang harus menjadi perhatian pengelola negara saat ini.
Sebagian besar kondisi masyarakat Indonesia jauh dari hidup sejahtera, ternyata mengakibatkan efek yang sangat menyedihkan, bagaimana tidak?..masyarakat Indonesia banyak yang berdatangan di negara Malaysia, untuk mengais rejeki dengan menjadi buruh, tentu kita tidak bisa menyalahkan masyarakat Indonesia yang mencari rezeki disana, mengingat negara sudah tidak mampu membuka lapangan kerja, bahkan sangat ironis para pengelola negara Berbondong-bondong membeli barang mewah yang jauh dari kemaslahatan masyarakat, sehingga tercipta kesenjangan sosial antara pengelola negara dengan masyarakat yang semakin melebar di tubuh bangsa Indonesia.
Malaysia merupakan negara kecil di banding Indonesia, ternyata mampu berdiri tegak menjadi majikan bangsa Indonesia, tentu ini sangat ironis mengingat kekayaan alam bangsa Indonesia yang berlimpah ruah, namun dalam pengelolaan negara telah mengalami kegagalan, karena dalam pengelolalan kekayaan alam Indonesia cenderung dinikmati hanya segelintir masyarakat Indonesia, sehingga pemerataan tidak terjadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat, kalau masalah ini terus dibiarkan, maka bangsa Indonesia akan mengalami masa gawat, karena masyarakat Indonesia dapat menuntut sewaktu-waktu kepada pengelola negara, sehingga revolusi sosial akan merasuk dalam watak masyarakat di saat pengelola negara mengalami kegagalan secara terus-menerus dalam membangun sebuah bangsa.
Pengelola negara telah mengalami kegagalan dalam membangun kondisi ekonomi masyarakat, berangkat dari renungan itu, ternyata dalam benak saya terlintas pertanyaan apakah hubungan masyarakat Indonesia dengan negara tidak terjalin baik?......masyarakat Indonesia sering diberi penjelasan mengenai falsafah kenegaraan tentang keberagaman, tetapi tindakan real dari pengelola negara kurang memperhatikan masyarakat Indonesia, sehingga yang tercipta saling menyalahkan satu sama lain tidak terhindarkan. Inilah yang menjadi bumerang kerusakan di tubuh negara Indonesia saat ini.
Lalu pertanyaan datang lagi, apakah sistem kenegaraan Indonesia yang amburadul?...sistem kenegaraan bangsa Indonesia yang di bangun para pendahulu kita cenderung hasil dari buatan Belanda, sehingga mengakibatkan karakter pengelola negara juga seperti bangsa Belanda dalam memegang tampuk kekuasaan, sehingga tercipta hubungan antara pengelola negara dengan masyarakat tidak terjalin baik. Inilah yang harus diubah para pengelola negara, untuk terus membangun komunikasi dengan masyarakat, bukan hanya sekedar minta pajak kepada masyarakat, tetapi menjalin hubungan yang saling menguntungkan, itulah yang harus di lakukan dalam melaksanakan tugas pengelola sebuah negara Indonesia saat ini.
Pertanyaan terakhir kenapa Malaysia menjadi majikan Indonesia?.....Sebenarnya, masyarakat Indonesia menjadi buruh di luar negeri tidak hanya di Malaysia, namun sudah mencapai disegala penjuru Asia, bahkan sampai dunia (sungguh ironis) banyak masyarakat Indonesia yang menggantungkan penghidupan menjadi buruh disana, mengingat pengelola negara gagal memberikan lapangan pekerjaan, walaupun ada pekerjaan, tetapi gaji masih jauh dari kebutuhan hidup, sehingga masyarakat Indonesia cenderung terpaksa mengais rejeki diluar negeri dalam memenuhi kebutuhan perut. Wallahu a'lam bisshowab.............
Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)...........