Sunday, 4 October 2015

Menghilangkan Stres Versi Islam


By: Khoirul Taqwim

Islam merupakan sebuah ajaran yang sempurna bagi kehidupan umat manusia. Bahkan tak jarang Islam memberikan solusi dalam mengatasi berbagai permasalahan beban kehidupan umat manusia, apalagi masalah mental yang terjadi ditengah-tengah realitas kehidupan umat manusia.

Beban mental yang terjadi didalam kehidupan umat manusia dapat mengakibatkan depresi yang kuat. Sehingga mengakibatkan kekacauan dalam pola pikir umat manusia. Sehingga stres menghampiri didalam kehidupan. Maka dibutuhkan konsep obat mental, supaya manusia dapat meminimalisir beban mental yang terjadi, tentunya dengan cara Islami dalam menghilangkan sebuah kata "stres".

Stres merupakan beban mental yang berlebihan, apabila stres tidak dapat diobati secara baik dan benar. Maka yang terjadi lebih berbahaya lagi dibanding hanya stres, tetapi dapat mengakibatkan sakit jiwa bagi yang mengalami beban mental yang berlebihan.

Sebenarnya Islam sudah mengajarkan, bahwa sakit hati yang dapat menimbulkan stres dapat diobati dengan cara memahami ayat-ayat suci Al-Qur'an. Maka yang terjadi hati akan tenteram dan tenang dalam menjalankan kehidupan selanjutnya.

Membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an dapat dijadikan alternatif dalam mengobati stres. Karena dengan sentuhan ayat-ayat suci Al-Qur'an hati dan pikiran akan mengalami ketenangan, dan apabila hati dan pikiran dapat merasakan ketenangan, niscaya stres yang diderita insan manusia dapat segera diatasi.

Menghilangkan stres dengan cara membaca ayat-ayat suci AlQur'an merupakan bagian dari ajaran Islam, supaya umat manusia, khususnya umat Islam dapat terus menerus dalam membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an ditengah-tengah realitas kehidupan umat manusia secara universal.

Mengembalikan Wahyu Ilahi Vs Kembali Kepada Mushaf Al-Qur'an


By: Khoirul Taqwim

Ketika umat muslim menghadapi beragam permasalahan tentang realitas kehidupan yang dialaminya, ternyata tidak sedikit yang berupaya mencari permasalahan yang dialaminya dengan pondasi ajaran agama Islam. Sehingga menimbulkan beragam tafsir yang tidak sedikit pula tafsir yang muncul hanya sebatas tafsir kepentingan belaka, tanpa melihat kebenaran yang haqiqi. Maka untuk itulah dibutuhkan analisa mengenai pemecahan umat Islam dengan bersumber wahyu Ilahi.

Banyak tokoh umat Islam terutama golongan modern yang berupaya disetiap melihat permasalahan kehidupan mereka berupaya kembali kepada Mushaf Al-Qur'an, padahal ketika kembali kepada mushaf Al-Qur'an kalau tidak dengan hati-hati dan teliti akan terjadi percampuran makna antara mushaf Al-Qur;an dengan realitas kehidupan. Sehingga permasalan yang seyogyanya tidak ada didalam mushaf Al-Qur'an, tetapi dikatakan ini ada didalam mushaf AlQur'an, padahal sudah seharusnya dikatakan ini hanya sebatas tafsir dari mushaf Al-Qur'an, tetapi bukan malah mengatakan permasalahan ini berkaitan dengan Mushaf Al-Qur'an, padahal tidak ada kaitannya sama sekali antara permasalahan yang dialami seseorang dengan keberadaan mushaf Al-Qur'an.

Gagasan kembali kepada mushaf Al-Qur'an tidak jarang menemukan kejangkalan, bagaimana tidak? Mushaf Al-Qur'an yang tidak membicarakan secara detail permasalahan, tetapi seolah-olah mushaf Al-Qur'an berbicara secara detail, hingga keterm-term kecil. Sehingga menimbulkan kerancuan didalam beragama Islam disebabkan munculnya berbagai tafsir dan pemahaman yang disebabkan kembali kepada mushaf Al-Qur'an.

Dengan kembali kepada mushaf Al-Qur'an kalau sebatas hanya dijadikan alat pembenaran diri didalam beragama, tentunya akan menghasilkan sebuah politisasi didalam menjalankan keagamaan. Maka untuk itulah kembali kepada mushaf Al-Qur'an hanya menambah multi tafsir yang menjadikan perbedaan semakin ditonjolkan, Sehingga yang terjadi tafsir antara satu dengan yang lainnya mengalami perbedaan, dan akhirnya yang terjadi tindakan destruktif antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lainnya.

Sedangkan mengembalikan wahyu Ilahi merupakan sebuah wujud kepasrahan diri, bahwa Al-Qur'an itu wahyu Ilahi. Sehingga dibutuhkan pemahaman membedakan antara wahyu Ilahi dengan mushaf Al-Qur'an, begitu juga perbedaan antara mushaf Al-Qur'an dengan tafsir Al-Qur'an. Mengingat ketiga hal ini kalau tidak berhati-hati akan terjadi percampuradukan, padahal jelas berbeda antara Wahyu Ilahi dengan mushaf Al-Qur'an, dan begitu juga keduanya berbeda dengan tafsir Al-Qur'an.

Dengan mengembalikan wahyu Ilahi kita dituntut dapat membedakan antara wahyu Al-Qur'an dengan mushaf Al-Qur'an. Sehingga kita dapat menganalisa secara jernih dalam berupaya menjelaskan ajaran agama Islam secara benar dan tepat sasaran. 

Semoga Allah SWT memberikan kecerdasan buat diri dan semuanya, Amin.........