Friday 7 July 2017

Liberalisme Dalam Pandangan Islam

By: Khoirul Taqwim

Liberalisme merupakan paham kebebasan dengan mengedepankan hak individu dalam mengekspresikan segala kondisi dengan bebas lepas tanpa beban, tetapi dalam ajaran Islam mengajarkan tentang semangat tenggang rasa, tentu tidak sebatas dalam bentuk kebebasan belaka. Karena kalau kebebasan tanpa melihat kondisi sosial, tentu yang terjadi sebuah ketimpangan dalam pemahaman antara individu dan sosial.

Paradigma Liberalisme dalam memberikan makna tentang kebebasan sering di terjemahkan dalam makna yang tidak pada tempatnya. Sehingga yang terjadi dalam kehidupan tentang makna kebebasan mengarah pada sebuah semangat mencari pembenaran diri tanpa di landasi sebuah semangat tepa selira dalam menerjemahkan tentang multi kehidupan..

Pemahaman liberal cenderung mengarah kepada kebebasan tanpa batas, walaupun ada sebagian para penggerak paham liberal, bahwa liberal juga punya batasan tentang sebuah kebebasan antara individu dan sosial. Namun dalam realita makna kebebasan hanya terbatas pada ranah individu, bukan kebebasan dalam makna secara universal.

Ketika membedah liberalisme akan nampak sebuah kecerobohan dalam paham yang di anut sebagian masyarakat yang ingin sebuah kebebasan berekspresi dan berinovasi, padahal kebebasan individu akan menghasilkan sebuah tatanan yang kurang tepat dalam kehidupan sosial. Sebab kebebasan individu yang di gaungkan para kaum liberal dalam menerjemahkan sebuah makna kehidupan, telah mengantarkan dalam pola pikir destruktif dalam penerjemahan tentang berbagai persoalan.

Keberadaan liberalisme dalam kehidupan masyarakat mengarah pada paham kapitalisme, kalau di lihat dari sudut pandang ekonomi. Sebab liberalisme mengajarkan tentang sebuah kebebasan manusia sebebas-bebasnya dalam beraktivitas. Namun kalau di lihat secara teliti, bahwa paham liberal telah terjebak dalam paham individu, tanpa melihat dari sisi yang lain. Sehingga liberalisme hanya sebatas sebuah paham yang mengatasnamakan sebuah kebebasan. Namun bukan kebebasan dalam makna pembebasan sejati.

Liberalisme dalam perkembangan dan kelanjutannya, telah masuk dalam ranah tidak sebatas masalah ekonomi, sosial, budaya dan berbagai bidang yang lain. Bahkan liberalisme telah mengarah masuk keranah agama Islam. Sehingga dengan kondisi liberalisme masuk dalam makna keagamaan, telah mengalami sebuah dilema dalam penafsiran. Sebab paham liberal dalam menafsirkan Islam cenderung mengarah pada daya akal, tanpa melihat sisi teks maupun konteks secara tepat, padahal ajaran Islam dalam mengajarkan sebuah tafsir harus melalui berbagai paradigma secara kaffah, bukan hanya sebatas satu sisi belaka.

Keberadaan tafsir Islam dalam paham liberal cenderung mengarah pada kerancuan antara teks dan konteks. Sebab liberalisme lebih menekankan pada aspek konteks dalam menafsirkan berbagai ajaran Islam. Berangkat dari sinilah terdapat dilema besar sebuah pemahaman agama antara akal dengan wahyu.

Kekuatan ruh dalam ajaran Islam tidak sebatas masalah kebebasan dalam berargumen. Sebab kalau Islam hanya sebatas kebebasan belaka, berarti mempersempit makna Islam itu sendiri. Karena Islam merupakan ajaran kaffah tentang manusia saat berhubungan denganTuhan, begitu juga saat manusia berhubungan dengan sesama. Inilah catatan terpenting dalam dunia Islam, bahwa Islam bukan sebatas semangat kebebasan dalam menerjemahkan antara teks dan konteks. Namun Islam lebih luas lagi dalam memberikan sebuah gambaran tentang berbagai persoalan kehidupan manusia.

Islam merupakan ajaran dalam pencapaian sebuah kemaslahatan secara kaffah. Namun kalau sebuah kebebasan tidak menghasilkan sebuah kemaslahatan, berarti sama saja membuang energi dalam kesesatan. Sehingga di butuhkan sebuah paham yang mampu mensinergikan antara teks dan konteks dalam menggali tentang khazanah ke-Islaman.

Liberalisme dalam pandangan Islam sangat jauh dari sebuah Nilai-nilai Islam tentang semangat kemaslahatan secara kaffah. Sebab liberalisme sebatas semangat kebebasan dalam cara pandang tentang menerjemahkan sebuah ajaran Islam. Sedangkan Islam mengajarkan tentang semangat mencari kemaslahatan, bukan sebuah kebebasan tanpa melihat dari sisi kemaslahatan secara kaffah.

Keberadaan liberalisme cenderung dalam paham kebebasan semu. Sebab batasan dalam liberalisme bersifat abstrak, Namun ajaran Islam sudah jelas dalam melakukan sebuah penilaian antara haq dengan yang batil. Sedangkan liberalisme antara batil dan haq masih terlihat Samar-samar. Sebab dalam gagasan liberalisme cenderung pada makna sebuah kebebasan yang masih samar, apabila di kaitkan dengan bidang keagamaan.

Idiologi Liberalisme dalam pandangan Islam tidak sejalan dengan semangat kemaslahatan dalam menentukan antara yang haq dengan yang batil. Karena liberalisme sebatas semangat sebuah kebebasan dengan mengedepankan hak individu tanpa melihat dari sisi kemaslahatan secara kaffah dalam menentukan sebuah kebenaran.

Gagasan liberalisme nampak terjebak tentang makna sebuah kebebasan semu dalam memberikan sebuah penafsiran tentang kehidupan. Sehingga antara profan dan sakral tidak terjadi sebuah sinergi yang saling menguatkan dan mengokohkan. Sedangkan Islam merupakan sebuah bangunan keseimbangan antara profan dengan sakral dalam mengajarkan semangat mencari rahmat di jalan Allah dalam pencapaian menuju sebuah kebenaran haqiqi.

Melihat dari argumen tentang liberalisme dalam pandangan Islam, bahwa liberalisme tidak mengarah pada kemaslahatan antara profan dan sakral, berarti liberalisme sebatas mengarah pada kehidupan materialisme dalam memberikan makna sebuah kehidupan. Maka perlu ada sebuah keseimbangan antara profan dan sakral dalam menerjemahkan berbagai multi real tentang sebuah kehidupan. Dan Allah maha penguasa segala sesuatu, pengatur segala ciptaan di langit maupun di bumi, maka saya bersaksi tiada Tuhan selain Dia.

Sang Pembaharu Muda Khoirul Taqwim


By: Zidan Mazero




Khoirul Taqwim merupakan seorang pembaharu muda yang lahir dari Nganjuk Jawa Timur, dia lahir dari lingkungan tokoh para pembaharu ke-Islaman, kakeknya pendiri Yayasan Asy-Syamsi yang saat ini masih berjalan menjadi salah satu yayasan terbesar di daerah Nganjuk Jawa Timur, Khoirul Taqwim sejak kecil menimba Ilmu berawal dari kakeknya di dalam mempelajari masalah keagamaan, sedangkan masalah ekonomi, dia Khoirul Taqwim berawal belajar dari ayahandanya sendiri, sebagai pengusaha yang sukses di masa itu, tetapi di dalam perjalanannya sejak ayahandanya meninggal dunia, dia Khoirul Taqwim mengalami gejolak ekonomi. Sehingga di saat masa kuiah di UIN Sunan Kali-Jaga Yogyakarta, dia Khoirul Taqwim belum sempat menyelesaikan studinya dan Khoirul Taqwim hijrah ke-Kalimantan timur, tepatnya di Samarinda, untuk mencari bekal di dalam melanjutkan kembali menyelesaikan studinya,

Pada masa di Samarinda Khoirul Taqwim bekerja dengan membantu kakaknya Riza Umami yang saat ini sudah menyelesaikan S2nya di STAIN dan sekarang menjadi IAIN Samarinda, dan Dia kakaknya berhasil menjadi salah satu Mahasiswi lulusan terbaik di kampusnya. Setelah hampir satu tahun di Samarinda Khoirul Taqwim kembali pulang dengan naik pesawat Lion Air dan akhirnya setahun kemudian melanjutkan di bangku kuliahnya,

Setelah menyelesaikan studinya di kampus UIN Sunan Kali-Jaga Yogyakarta, Khoirul Taqwim mengembangkan situs www,kitaberbagi.com atau disebut dengan istilah kiber bersama adiknya Fahrul Amrullah dari alumnus Bina Sarana Informatika, dan pada akhirnya kiber menjadi rating salah satu situs terbaik di Asia Tenggara menurut versi www.alexa.com. tetapi kemudian Khoirul Taqwim dan Fahrul Amrullah dengan sengaja membekukan jejaring sosial kiber, padahal member kiber sudah mendekati ratusan ribu, dan membernya tidak hanya dihuni masyarakat nusantara, tetapi membernya sudah dihuni masyarakat belahan bumi.

Selanjutnya, Khoirul Taqwim membangun situs kembali yang bernama www.usahabatik.com, namun dalam keberlanjutannya Khoirul Taqwim membekukan kembali situs www.usahabatik.com. Karena Khoirul Taqwim sedang memaintenance situs yang lebih besar lagi dalam membangun usaha batik nusantara.

Berangkat dari perjalanan Khoirul Taqwim dalam membangun situs di dunia maya, dan akhirnya Khoirul Taqwim jatuh hati sampai sekarang, untuk terus menerus mengaplikasikan dalam pengembangan usaha batik nusantara menuju batik yang tidak hanya diakui ditingkat Nasional, tetapi berupaya membangun batik di tingkat Internasional.

Sedangkan masalah ke-Islaman Khoirul Taqwim masih giat menulis di berbagai artikel tentang agama, filsafat, sastra, sosial, politik, dan masih banyak lagi tulisan-tulisan beliau Khoirul Taqwim atau sering disebut dengan istilah Gus Wim.

Pada masa menempuh pendidikan tingginya, Gus Wim tak jarang menulis artikel diberbagai media, baik kampus maupun di berbagai media lainnya, salah satunya di jurnal Populis UIN Sunan Kali-Jaga Yogyakarta.

Pemikiran Khoirul Taqwim tak jarang muncul di dunia maya saat ini, tak lepas dari masalah Islam tradisional, Liberal, Fundamental, dan artikel ke-Islaman lainnya. Semua tak lepas dari Gus Wim dalam menelaah antara teks maupun konteks ke-Islaman yang berkembang dari masa klasik sampai saat ini.

Khoirul Taqwim dengan berbagai pemikiran ke-Islaman mampu menyajikan hal baru tentang masalah ke-Islaman tradisional yang sering dihakimi oleh golongan ke-Islaman lainnya, dan dia Khoirul Taqwim berupaya memberikan penjelasan tentang ke-Islaman secara jujur dan berani dalam menganalisa berbagai fenomena keberagaman ke-Islaman. Sehingga Khoirul Taqwim dapat disebut sebagai sang pembaharu dalam menyajikan berbagai Ilmu pengetahuan yang tersirat maupun yang tersurat.

Dengan tulisan sederhana ini, semoga kita dapat mengambil hikmah dari perjalanan sang pembaharu muda Khoirul Taqwim dalam menggapai berbagai permasalahan kehidupan, baik mulai dari kegigihan beliau membangun situs, hingga sampai keberhasilan Gus Wim sebagai sang pembaharu muda yang maju dalam memberikan berbagai solusi tentang ke-Islaman masa klasik maupun ke-Islaman yang akan datang, dan paradigma pemikiran Gus Wim pola pikirnya tak sedikit dipengaruhi beliau guru besar Ibn Khaldun dengan kitab yang tak asing lagi bernama "Muqaddimah". Sehingga diwaktu menyelesaikan studinya Khoirul Taqwim mengangkat "Relevansi Pemikiran Ibn Khaldun Dengan Ekonomi Islam".

Demikian ulasan singkat ini, kami persembahkan kepada Gus Wim dan khalayak secara luas. Wassalam............