Monday, 12 November 2012

Saat Bicara Bangsa dan Negara






Berbicara bangsa dan negara tidak pernah ada habisnya, apalagi berbicara tentang kehidupan berbangsa dan bernegara yang semakin amburadul ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat, padahal sebagai keutuhan bangsa dan negara, sudah seharusnya antara masyarakat dengan para pemimpin mampu menciptakan sebuah bangsa dan negara secara aman, adil, damai, sejahtera ditengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menciptakan rasa aman, nyaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara membutuhkan spirit yang tangguh dalam menghadapi segala persoalan, agar dalam kehidupan ditengah-tengah masyarakat dapat terjadi sebuah keseimbangan yang saling menguatkan antar satu sama lainnya.

Berbangsa dan bernegara adalah hak setiap warga, untuk menentukan sebuah kedaulatan disegala aspek kehidupan, agar warga masyarakat dapat hidup secara totalitas dalam mengemban amanah sebuah kemerdekaan yang berdaulat, adil, dan makmur sentosa.

Pada masa dahulu kala, sejak manusia baru lahir dimuka bumi, manusia belum mempunyai sebuah bangsa dan negara yang besar, seperti masa sekarang, tetapi pada masa dahulu kala, bukan berarti manusia hidup tanpa tatanan. Mengingat sebelum ada sebuah bangsa dan negara, pada masa dahulu kala, umat manusia sudah mempunyai tatanan berdasarkan keyakinan maupun berdasarkan alam. Inilah yang menuntun manusia dari waktu-kewaktu, akhirnya manusia berjumpa dengan istilah: bangsa dan negara.

Ketika berbicara bangsa dan negara ditengah-tengah realita kehidupan, begitu banyak problematika yang akan ditemukan. Sehingga memunculkan berbagai tafsir tentang sebuah tatanan kebangsaan, agar bangsa dan negara mampu menjadi cara pandang dalam kehidupan secara universal.

Bangsa dan negara adalah cara pandang dalam mengatur sebuah tatanan kehidupan masyarakat, agar berdaulat disegala aspek kehidupan, tetapi dalam tatanan bangsa dan negara, terkadang mendapatkan kendala tak sedikit jumlahnya, baik kendala secara intern maupun ekstern ditengah-tengah realita kehidupan berbangsa dan bernegara.

Saat bicara bangsa dan negara, otak kiri maupun otak kanan membayangkan sebuah wilayah, aturan, masyarakat, ketiga pokok ini menjadi sebuah paradigma pemikiran, bagaimana ketiga pokok ini mampu menjadi satu padu dan ideal dalam menggagas kehidupan berbangsa dan bernegara? Semua membutuhkan sebuah proses, apalagi bangsa dan negara tidak ada yang abadi, semua bangsa dan negara punya masa awal maupun masa berakhir. Sehingga diperlukan sebuah multi tafsir ditengah-tengah keberagaman sebuah tafsir, agar tercipta sebuah kondisi yang ideal dalam membangun sebuah tatanan ditengah-tengah kehidupan masyarakat dipelosok desa maupun diujung pusat kota.

Semoga Allah SWT selalu memberi pertolongan kepada kami semua, untuk menjalankan semua visi misi, agar mampu membangun bangsa dan negara yang beradab, sesuai dengan tuntunan firman dan sabda, Amiin.....

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........

Sobat, Pernikahanmu Adalah Do'a Dalam Daku



Mendung nampak indah diantara semak-semak pegunungan dihari pagi yang berseri ini, tak ada angin, tak ada petir, aku mendengar pernikahanmu didunia maya, aku begitu bahagia mendengarnya dikala hari bersejarah dalam hidupmu telah tiba.

Lewat dunia maya, pagi tanpa basa-basi mengabarkan lewat alam dengan lintas batas darat, air, udara dan tanah mengabarkan tentang pernikahan indahmu disana. Sungguh hatiku merasa terhenyak, campur bahagia dalam diri kumendengar tentang kabar indahmu.

Waktu berjalan tanpa arah yang tak menentu, bahkan waktu yang sudah terlewati puluhan tahun, kenapa masih segar ingatanku tentangmu? mungkin itulah anugerah Ilahi dalam menatap sebuah perjalanan tentang kehidupan, agar kita selalu mencerna sebuah persoalan dengan arif dan bijaksana.

Berbuat kebajikan terhadap sesama adalah ajaran agung yang tertulis sejak manusia lahir dimuka bumi, semenjak itulah manusia diberi kemerdekaan dalam menentukan nasib, untuk menentukan pasangan dalam diri, agar memperoleh ridha dari sang maha pencipta segala.

Pernikahan adalah perjalanan manusia seutuhnya dalam mengemban amanah sebagai makhluk hidup, untuk saling percaya antar satu sama lainnya, terutama sesama kekasih dalam balutan cinta suci mulia yang diajarkan lewat kitab suci Al-Qur'an.

Indah, itulah bahasa yang tepat dalam menggambarkan pernikahanmu dengan jantung hatimu, agar kelak suatu saat dikau mampu memberikan generasi terbaik bagi umat manusia dalam menatap masa depan sebuah bangunan yang lebih mencerahkan, untuk membangun peradaban manusia yang lebih agung.

Lewat tulisan sederhana ini, kuabadikan pernikahanmu, agar menjadi sebuah secercah kenangan tentang perjalanan hidup barumu dalam menunaikan ibadah suci yang sesuai dengan mimpi-mimpi yang telah lama terpendam dalam ruh dan jasadmu.

Sobat, akhir kata dari tulisan saya, bahwa kita telah lama saling mengenal dalam sebuah perjalanan peta hidup yang tak pernah kupahami sedikitpun dalam jiwa maupun jasadku, untuk mengenal lebih jauh lagi tentang sebuah makna cita maupun cinta, tetapi dengan kabar lewat alam maya ini, akhirnya aku tahu cita dan cinta telah bersandar untukmu, aku mengucapkan selamat menempuh hidup baru, semoga engkau bahagia disana, Amiin...

Do'aku, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan berkah tentang cita cinta selalu di hati sobatku, agar mereka saling mencintai dikala dekat, menjaga kehormatan dikala jauh, saling menghibur dikala sedih. Ya! Allah daku berdo'a untuk-MU, Sempurnakanlah kebahagiaan sobatku dengan menjadikan pernikahan mereka, sebagai tanda bakti cinta kepada-MU dan rasul-Mu, Amiin.......

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........

Menguak "Perang Sekte" Islam





Ketika melihat darah mengalir dalam memperjuangkan keyakinan terasa indah dalam sebuah bentuk mempertahankan gagasan yang menjadi pegangan hidup, tetapi kalau keyakinan harus menimbulkan korban jiwa, tentu membuat sebuah keprihatinan atas tragedi kemanusiaan.

Setiap agama tak lepas dari sebuah bentuk perang sekte, baik melalui perang damai maupun perang melalui jalur kekerasan. Sungguh memperihatinkan, apabila perang sekte tidak dapat ditempuh dengan jalur musyawarah, untuk mencari sebuah mufakat secara bersama. Karena kalau perang sekte tidak dapat dilalui melalui jalur musyawarah, tentu yang terjadi perang senjata tak dapat dipungkiri ditengah-tengah saling ngotot dalam mempertahankan sebuah keyakinan.

Perbedaan adalah rahmat, baik perbedaan keyakinan maupun perbedaan sekte, tetapi kalau perbedaan keyakinan maupun sekte tak dapat dicari titik terang dalam mengambil sebuah mufakat bersama, untuk menjalin saling menghargai antar satu sama lainnya. Maka berangkat dari sinilah perang sekte dengan menempuh jalur kekerasan tak dapat dihindarkan ditengah-tengah realita kehidupan.

Ironis!, kata kunci menanggapi perang sekte didalam tubuh keyakinan dalam beragama, apabila mengedepankan kekerasan dalam mengambil sebuah sikap maupun keputusan, tentu yang terjadi bentrok antar sekte tak dapat dihindarkan, bahkan harta dan nyawa menjadi pertaruhan dalam perang sekte.

Sejarah mencatat perang sekte dalam tubuh Islam pernah terjadi saat pertarungan tiga sekte dalam mempertahankan sebuah ideologi keyakinan. Sehingga yang terjadi tarik ulur dan ingin memenangkan dalam pertarungan keyakinan yang memakan banyak korban, baik nyawa maupun harta tak dapat terhindarkan ditengah-tengah perang sekte.

Perang sekte dalam tubuh agama Islam pernah terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, dengan tiga sekte besar yang ikut andil perang antar sekte, yaitu: Syi'ah, Khawarij, Murji'ah. Sehingga dengan  tiga sekte besar tersebut, telah menimbulkan terjadinya sebuah musibah perang antar sekte pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, bahkan membuat dunia ke-Islaman terjebak dalam perang saudara dalam mempertahankan sebuah keyakinan sekte yang dianggap benar didada penganutnya.

Memang perang sekte pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib merupakan cikal bakal lebih banyak lagi tumbuh-kembangnya berbagai sekte ke-Islaman, untuk mengajarkan sebuah keyakinan didada para penganutnya dalam mempertahankan sebuah ideologi keyakinan.

Dari perang sekte pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib dapat diambil hikmah besar, bahwa perang dengan jalan kekerasan bukanlah jalan yang arif dan bijaksana dalam mengambil sebuah sikap menghadapi sebuah perbedaan, tetapi jalur musyawarah harus dikedepankan, untuk mencari titik terang dalam menghadapi segala perbedaan. 

Konflik antar sekte sudah semestinya diambil dengan jalan musyawarah, tetapi kalau jalan musyawarah mengalami stagnasi. Maka tidak dapat dipungkiri jalan kekerasan dalam menghadapi perbedaan keyakinan didalam tubuh berbagai sekte tidak dapat dihindarkan. Sehingga yang terjadi pertumpahan darah atas nama keyakinan sekte akan terulang dari masa-kemasa, bahkan sampai masa sekarang perang sekte dalam tubuh Islam akan terus terjadi ditengah-tengah realita kehidupan, kalau dalam menghadapi perbedaan sekte diselesaikan dengan jalur kekerasan.

Menghadapi perbedaan didalam tubuh berbagai sekte keagamaan, sudah seharusnya mengedepankan musyawarah, untuk mencapai kata mufakat, bukan dengan jalan kekerasan dalam mengambil sebuah keputusan, agar tumpah darah dapat terhindarkan seminimal mungkin.

Slogan perbedaan adalah rahmat, apabila kita mampu berpegang teguh pada falsafah "tepa selira", tetapi kalau kita hanya mengandalkan kebebasan semu belaka dalam berpendapat. Maka perbedaan tidak lagi menjadi rahmat, namun perbedaan menjadi sebuah azab yang sangat miris dalam realita kehidupan masyarakat pada umumnya.

Semoga Allah SWT menjadikan perbedaan keyakinan antar umat manusia menjadi indah dan berkah ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat, Amiin.....

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........

Membedah Generasi Ngak Ngik Ngok ( Alay )



Ironis!, mungkin itu kata yang tepat dalam menggambarkan generasi ngak ngik ngok dinegeri Indonesia. Mengingat generasi ngak ngik ngok sering disebut dengan istilah: generasi alay, sedangkan generasi alay singkatan dari anak layangan atau anak lebay. Merujuk pada gaya hidup berlebihan dan selalu berusaha menarik perhatian. Bahkan tak jarang generasi ngak ngik ngok menyimpang dari kearifan lokal masyarakat setempat. 

Sungguh terlalu!, salah satu bahasa yang tepat dalam memberi sebuah tanggapan tentang generasi ngak ngik ngok dinegeri Indonesia. Mengingat generasi ngak ngik ngok sangat berlebihan dalam mencari sebuah perhatian, padahal perhatian yang di inginkan jauh dari sebuah membangun wawasan tentang kebangsaan.

Generasi ngak ngik ngok merupakan sebuah kumpulan muda-mudi yang galau dalam menatap masa depan. Sehingga generasi ngak ngik ngok memiliki sifat yang gampang menyerah dan mengedepankan ego sesaat, padahal sudah semestinya pemuda maupun pemudi mempunyai sikap tangguh, penuh tanggung jawab dalam membangun kemandirian, berkarakter, dan berbudi luhur ditengah-tengah realita kehidupan, tentu tidak hanya mengedepankan kepentingan individualis semata.

Keberadaan generasi ngak ngik ngok semakin membawa dampak keruntuhan sebuah bangunan kebangsaan. Mengingat pemuda maupun pemudi sudah sepatutnya mempunyai sikap yang berani dan pantang menyerah dalam melakukan berbagai aktivitas ditengah-tengah realita kehidupan.

Kalau generasi ngak ngik ngok tumbuh berkembang ditengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa ada penghalang sedikitpun, berarti tatanan kebangsaan akan mengalami kerusakan dalam segi moral. Karena sebuah bangsa sudah seharusnya mempunyai generasi tangguh bukan generasi ngak ngik ngok yang cenderung alay dalam bersikap maupun bertindak.

Ngak ngik ngok merupakan generasi yang harus diputus secepat mungkin dalam karakter dan kepribadian para pemuda maupun pemudi. Mengingat gaya hidup ngak ngik ngok cenderung dalam pola hidup pragmatis, santai, dan amat konsumtif para pemuda maupun pemudinya, bahkan cenderung apatis terhadap realita kehidupan berbangsa dan bernegara.

Budaya generasi ngak ngik ngok sangat jauh dari kepribadian kearifan lokal masyarakat setempat. Karena kehidupan generasi ngak ngik ngok lebih menganut kehidupan barat yang cenderung dari kehidupan hedonis dalam bersikap maupun bertindak.

Dengan memberi gambaran tentang generasi ngak ngik ngok yang melanda disejumlah belahan bumi, khususnya generasi ngak ngik ngok yang melanda dinegeri Indonesia, sudah semestinya para tokoh masyarakat, pemerintah, dan berbagai pihak membentengi diri dalam membangun budaya para pemuda maupun pemudi, agar tidak terjebak dari kehidupan generasi ngak ngik ngok yang sungguh memperihatinkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kalau generasi ngak ngik ngok tumbuh berkembang tanpa adanya sebuah pemikiran yang cerdas, agar generasi ngak ngik ngok yang cenderung hedonis dan konsumtif dapat ditekan tumbuh-kembangnya secara maksimal, tentu yang ada pemuda maupun pemudi Indonesia akan terjebak dalam masa galau yang mampu merenggut martabat sebuah bangsa dalam mengawal kemandirian, dan kemajuan masa depan para pemuda maupun pemudi dinegeri Indonesia.

Berangkat dari gambaran diatas tentang generasi ngak ngik ngok, maka sudah sepatutnya bagi para penguasa dan para tokoh masyarakat, untuk melakukan sebuah gerakan membendung budaya ngak ngik ngok, agar pemuda-pemudi Indonesia selamat dari generasi ngak ngik ngok dalam sendi-sendi realita kehidupan berbangsa dan bernegara.

Semoga Allah SWT selalu menjaga para pemuda-pemudi Indonesia dengan benteng keimanan yang tangguh dalam menyikapi segala persoalan tentang pengatnya realita kehidupan, Amiin....

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........