Tuesday 31 May 2016

Perang Adalah Rahmat


By: Khoirul Taqwim

Ketika membaca tentang perang sadar atau tidak sadar pikiran kita secara langsung melayang jauh akan terjadinya dampak yang destruktif (merusak), sebab dengan adanya perang tak dapat di pungkiri akan terjadinya hilangnya nyawa, harta benda dan akan terjadi banyak janda-janda dan anak-anak yatim dan masih banyak lagi yang berdampak negatif dari peperangan tersebut, tetapi sebenarnya ada sisi positif dalam perang jika kita mau memahami secara universal.

Sebelum lebih jauh kita membahas tentang perang adalah rahmat, lebih bijaknya kalau kita terlebih dahulu memberikan pengertian perang yaitu sebuah aksi fisik dan non fisik antara dua kelompok atau lebih untuk melakukan dominasi di suatu tempat yang dipertentangkan.namun secara umum perang merupakan pertentangan antar kelompok dalam melakukan suatu gerakan dan yang menjadi penyebab perang adalah adanya perselisihan ideologi yang di pengaruhi sarat kepentingan, keinginan untuk memperluas wilayah kekuasaan, perebutan sumber daya alam di suatu tempat, dan masih banyak lagi yang menyebabkan adanya peperangan.

Perang sudah menjadi ruh sejarah manusia dari generasi ke generasi dalam menjalani hidup, sehingga sejak dahulu kala sampai generasi saat ini kita tak lepas dari generasi yang bebas dari perang, jadi wajar apabila kita selalu melihat perang di belahan dunia, tentunya dari situ akan ada reaksi yang mendukung perang maupun yang menolak adanya peperangan, itulah bentuk keberagaman manusia dalam menafsiri perang, tetapi yang pasti perang sudah menjadi watak manusia dalam berkompetisi, untuk itu perang yang punya nilai rahmat di butuhkan pemikiran yang dalam, sebab tidak semua perang adalah rahmat bahkan perang juga membawa bencana kalau kita tidak memahami perang yang punya nilai kemanusiaan. lalu yang menjadi pertanyaan besar adalah perang yang seperti apa yang mempunyai nilai rahmat? pertanyaan inilah yang nantinya membawa kita dalam pembahasan yang lebih mengkerucut.

Perang yang punya nilai rahmat adalah ketika perang tersebut mengarah menuju tercapainya masyarakat yang damai, adil, makmur dan sejahtera, sehingga terjadinya perang adalah bentuk perwujudan pembebasan masyarakat dari suatu cengkeraman penjajahan, dari peristiwa tersebut kita punya kewajiban perang sebagai tanggung jawab memerdekakan manusia dalam melakukan rekonstruksi di segala aspek kehidupan masarakat, agar terjadi kehidupan yang lebih beradab dan jauh dari sifat kemunkaran. Adanya perang merupakan bentuk efesien dan efektif dalam melakukan sebuah gerakan perlawanan, dalam agama Islam tidak pernah mengajarkan peperangan selain untuk tujuan pembebasan; yaitu: pembebasan dari berbagai bentuk penindasan, diskriminasi dan tindakan melanggar HAM, dan lain sebagainya. Dalam sejarah Islam menegaskan bahwa tentara Islam masuk ke Mesir dengan tujuan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi, bahkan di negara kita sendiripun perang juga pernah terjadi saat memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia dalam mengusir penjajahan yang menindas masyarakat pribumi.

Jadi ketika perang dikatakan rahmat apabila sesuai dengan nilai kasih sayang dan peduli pada penderitaan orang lain, jika perang yang terjadi tidak punya nilai demikian berarti perang tersebut tidak dapat di katakan rahmat, tulisan singkat ini merupakan ulasan sederhana dalam memahami perang adalah rahmat, agar kita dapat mengambil hikmah dari suatu peperangan dengan arif dan dapat mencapai sifat terpuji dalam diri kita, semoga Allah SWT selalu memberikan petunjuk kebenaran dengan anugerah dan kemuliaanNYA.

Monday 30 May 2016

Perkembangan dan Pemikiran Islam Tradisional Indonesia


By: Khoirul Taqwim

Islam tradisional tumbuh berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia sejak awal agama Islam datang ke-Nusantara, tetapi dalam perjalanan Islam tradisional mendapatkan berbagai tantangan dari berbagai sekte Islam dengan gagasan ke-Islaman yang cenderung sepihak dalam membedah khazanah tentang Nilai-nilai yang terkandung dalam ke-Islaman. Bahkan tantangan yang terkuat datang sejak bangsa eropa datang ke-Indonesia dengan membawa bendera kolonialisme. Sehingga memunculkan Islam dengan corak modern dengan meniru gaya hidup ala bangsa eropa, padahal corak ke-Islaman model dari bangsa eropa tidak sesuai dengan masyarakat di nusantara.

Perjalanan Islam tradisional semakin kuat di saat kemerdekaan bangsa Indonesia telah hadir dalam kehidupan masyarakat. Bahkan Islam tradisional dengan gencar mendirikan berbagai pendidikan melalui pondok pesantren maupun dalam bentuk pendidikan lain, tetapi dalam perjalanan selanjutnya Islam tradisonal semakin menghadapi beragam tantangan yang kuat dari dominasi bangsa barat dan para pejuang khilafah. Sehingga Islam trdaisional semakin di anggap sebagai budaya yang ketinggalan zaman. Bahkan ada istilah Islam konservatif yang di alamatkan penganut Islam tradisional, tetapi stigma yang paling menyakitkan Islam tradisonal di anggap sebagai pengejawantahan terhadap nenek moyang yang jauh dari Nilai-nilai ke-Islaman.

Melihat beragam serangan dari berbagai argumen para penganut di luar Islam tradisional, perlu ada sebuah bentuk pemahaman secara tepat, bahwa tuduhan dari luar Islam tradisional bukanlah sebuah kebenaran, sebab Islam tradisional merupakan sebuah pengejawantahan antara Nilai-nilai ke-Islaman dengan budaya masyarakat setempat, agar terjadi saling berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya.

Perjalanan Islam tradisonal setelah era reformasi dengan berbagai gejolak ke-Islaman datang begitu gencar, Bahkan kita kenal dengan sebutan istilah ke-Islaman dengan pemahaman Liberal, Khilafah dan masih banyak lagi Istilah-istilah lainnya. Sehingga membuat Islam tradisonal mencoba menjawab tantangan zaman yang datang dari berbagai kalangan dengan seonggok dogma yang tidak cocok dengan masyarakat Islam tradisional.

Geliat Islam tradisional dalam menjawab sebuah argumen Islam liberal dengan berusaha memberikan sebuah pemaparan dengan cara mengerahkan dengan berpegang pada sebuah nilai keseimbangan antara tekstual dengan kontekstual.

Keberadaan Islam Liberal cenderung secara kontekstual dalam memberikan sebuah makna kehidupan. Sehingga terkadang Islam liberal kebablasan dalam menerjemahkan masalah kajian ke-Islaman tanpa mengindahkan tekstual. Nah! dari sinilah perlu ada sebuah pemaparan yang saling berkaitan antara tekstual dengan kontekstual secara tepat dalam menempatkan sebuah permasalahan.

Sedangkan Islam khilafah cenderung mengarah kepada pembahasan seputar pemurnian Islam. Bahkan kajian Islam Khilafah cenderung mengarah dalam bentuk tekstual, padahal antara tekstual dengan kontekstual sudah semestinya harus sejalan dalam melihat beragam fenomena kehidupan masyarakat secara luas.

Pasca reformasi telah terjadi sebuah pola pikir dengan mengarah kebablasan dalam mengkaji ke-Islaman baik dari Islam Liberal maupun Islam Khilafah. Sehingga menghasilkan satu sama lain saling menaruh curiga sesama masyarakat Islam. Nah! Islam tradisional pasca reformasi merupakan wajah dinamika baru dalam memberikan sebuah pemahaman dengan jalan tengah, bahwa Islam merupakan perpaduan antara tekstual dengan kontekstual dalam menjawab dan menerjemahkan beragam permasalahan kehidupan masyarakat secara umum.

Keberadaan Islam tradisional merupakan sebuah proses menuju jalan tengah antara pergolakan Islam ala barat dengan pergolakan Islam ala timur tengah. Nah! disinilah Islam tradisional berperan sebagai media jalan tengah dalam memajukan Islam di Indonesia dalam mencari sebuah makna Nilai-nilai ke-Islaman yang tersurat maupun tersirat.

Dengan melihat berbagai permasalahan tentang ke-Islaman di Indonesia sebelum kemerdekaan, saat kemerdekaan dan setelah kemerdekaan membuat Islam tradisional mencoba mengubah dan menyesuaikan dalam menempatkan sebuah gagasan. Sebab agama Islam merupakan sebuah pengejawantahan antara Nilai-nilai ke-Islaman dalam kehidupan masyarakat secara universal. Semoga Allah Membekali kita dengan ilmu yang bermanfa'at, menjadikan kita termasuk orang yang berilmu dan menjadikan kita termasuk golongan manusia yang mulia di dunia maupun di akhirat, Amiin.....

Sunday 29 May 2016

Marxisme Dalam Pandangan Islam


By: Khoirul Taqwim

Marxisme merupakan wajah dari manifesto komunis yang di gagas karl Marx dalam bentuk pemikiran tentang ekonomi dan negara, tetapi tak jarang filsafat yang di bangun Karl Marx menyerang agama dengan tuduhan, bahwa agama adalah candu, tentu bangunan filsafat Marxisme membuat para agamawan tersentak dengan gagasan Karl Marx atas sejumlah bangunan argumen yang di bangun dalam filsafat Marxisme.

Marxisme dalam paradigma pemikiran mengedepankan masalah penyamarataan tentang ekonomi antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin, tetapi konsep yang di bangun Karl Marx cenderung mengarah kepada kediktatoran sosial, padahal manusia di ciptakan dalam bentuk sosial maupun individu dalam realita kehidupan.

Gagasan Karl Marx tentang penyamarataan merupakan sebuah pertarungan yang di paksakan, sebab manusia dalam aksiologi dan epistemologi mempunyai sebuah perbedaan. Sehingga bangunan filsafat Karl Marx terbentur dengan sebuah realita aksiologi dan epitemologi dalam menerjemahkan sebuah kehidupan. Bahkan bangunan filsafat marxisme cenderung sepihak tanpa menganalisa tentang sebuah keberagaman.

Manusia dalam realita kehidupan merupakan bentuk sebuah keberagaman. Sehingga manusia tak dapat di sama ratakan dalam makna aksiologi maupun epistemologi. Sebab Allah dalam menciptakan manusia dalam bentuk perbedaan, tentu perbedaan melalui sebuah ekonomi, sosial, budaya, politik, dan masih banyak lagi perbedaan yang lain. Namun Islam mengajarkan, bahwa antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin harus saling berkesinambungan antara satu dengan yang lain, bahwa masyarakat kaya berkewajiban membantu masyarakat miskin melalui istilah zakat, sedekah dan masih banyak lagi istilah dalam Islam tentang hubungan masyarakat kaya dengan masyarakat miskin.

Pandangan Islam tentang marxisme, bahwa filsafat Marxisme terlalu kaku dalam menerjemahkan tentang realita kehidupan, sebab Marxisme hanya mengambil sisi penyamarataan belaka, tanpa melihat dari sisi yang lain, padahal kehidupan mempunyai keberagaman nilai dalam fakta di lapangan.

Gagasan Marxisme hanya berkutat pada ontologi belaka. Sehingga ajaran marxisme cenderung satu pihak dalam menerjemahkan realita kehidupan, padahal manusia dalam realita kehidupan telah mengalami sebuah perbedaan yang amat besar. Inilah konsep marxisme telah terjebak dalam bentuk parsial dan tidak menyentuh secara universal kehidupan.

Kesalahan marxisme dalam menerjemahkan teologi hanya berkutat pada pemahaman sepihak, tanpa melihat secara dalam makna teologi antara yang tersirat maupun tersurat, agar mempunyai keseimbangan dalam penilaian tentang sebuah realita teologi.

Serangan marxisme yang paling dahsyat tentang agama dengan mengatakan, bahwa agama adalah candu, kalau melihat dari argumen marxisme tersebut, berarti marxisme hanya melihat dari sudut pandang negatif, tanpa melihat sudut pandang yang lain. Nah! dari sinilah dapat di katakan, bahwa marxisme dalam menerjemahkan sebuah realita keagamaan hanya berkubang satu pihak, lalu membuat sebuah kesimpulan, tanpa melihat dari sisi yang lain.

Islam dalam memandang marxisme, bahwa marxisme terjebak dalam filsafat yang berpangkal pada ontologi, tanpa melihat Premis-premis kecil yang berdasarkan kepada epistemologi dan aksiologi, agar dalam menganalisa filsafat kehidupan tidak sepotong-potong, lalu menyimpulkan dengan lugas tanpa melihat fakta di lapangan.

Sedangkan dalam Islam manusia di hadapan Allah adalah sama, tetapi yang membedakan adalah sebuah bentuk keimanan. Nah! dari sinilah Islam secara ontologi menyamakan kedudukan manusia, namun dalam dataran epistemologi dan aksiologi telah mengalami sebuah perbedaan. Karena Islam merupakan sebuah kumpulan antara hak individu dan hak sosial secara seimbang.

Keberadaan gagasan Marxisme terjebak pada nilai sosial, tetapi telah mengingkari dalam pengejawantahan tentang hak individu. Sedangkan Islam berusaha menyeimbangkan antara kepentingan individu dengan sosial, bukan menegasikan antara satu dengan yang lain. Dan Allah maha pemberi jalan petunjuk bagi siapa yang di kehendaki-NYA

Saturday 28 May 2016

Sobat, Pernikahanmu Adalah Do'a Dalam Daku


By: Khoirul Taqwim

Mendung nampak indah diantara semak-semak pegunungan dihari pagi yang berseri ini, tak ada angin, tak ada petir, aku mendengar pernikahanmu didunia maya, aku begitu bahagia mendengarnya dikala hari bersejarah dalam hidupmu telah tiba.

Lewat dunia maya, pagi tanpa basa-basi mengabarkan lewat alam dengan lintas batas darat, air, udara dan tanah mengabarkan tentang pernikahan indahmu disana. Sungguh hatiku merasa terhenyak, campur bahagia dalam diri kumendengar tentang kabar indahmu.

Waktu berjalan tanpa arah yang tak menentu, bahkan waktu yang sudah terlewati puluhan tahun, kenapa masih segar ingatanku tentangmu? mungkin itulah anugerah Ilahi dalam menatap sebuah perjalanan tentang kehidupan, agar kita selalu mencerna sebuah persoalan dengan arif dan bijaksana.

Berbuat kebajikan terhadap sesama adalah ajaran agung yang tertulis sejak manusia lahir dimuka bumi, semenjak itulah manusia diberi kemerdekaan dalam menentukan nasib, untuk menentukan pasangan dalam diri, agar memperoleh ridha dari sang maha pencipta segala.
Pernikahan adalah perjalanan manusia seutuhnya dalam mengemban amanah sebagai makhluk hidup, untuk saling percaya antar satu sama lainnya, terutama sesama kekasih dalam balutan cinta suci mulia yang diajarkan lewat kitab suci Al-Qur'an.

Indah, itulah bahasa yang tepat dalam menggambarkan pernikahanmu dengan jantung hatimu, agar kelak suatu saat dikau mampu memberikan generasi terbaik bagi umat manusia dalam menatap masa depan sebuah bangunan yang lebih mencerahkan, untuk membangun peradaban manusia yang lebih agung.

Lewat tulisan sederhana ini, kuabadikan pernikahanmu, agar menjadi sebuah secercah kenangan tentang perjalanan hidup barumu dalam menunaikan ibadah suci yang sesuai dengan mimpi-mimpi yang telah lama terpendam dalam ruh dan jasadmu.

Sobat, akhir kata dari tulisan saya, bahwa kita telah lama saling mengenal dalam sebuah perjalanan peta hidup yang tak pernah kupahami sedikitpun dalam jiwa maupun jasadku, untuk mengenal lebih jauh lagi tentang sebuah makna cita maupun cinta, tetapi dengan kabar lewat alam maya ini, akhirnya aku tahu cita dan cinta telah bersandar untukmu, aku mengucapkan selamat menempuh hidup baru, semoga engkau bahagia disana, Amiin...

Do'aku, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan berkah tentang cita cinta selalu di hati sobatku, agar mereka saling mencintai dikala dekat, menjaga kehormatan dikala jauh, saling menghibur dikala sedih. Ya! Allah daku berdo'a untuk-MU, Sempurnakanlah kebahagiaan sobatku dengan menjadikan pernikahan mereka, sebagai tanda bakti cinta kepada-MU dan rasul-Mu, Amiin......

Friday 27 May 2016

Dominasi Barat Terhadap Pendidikan Indonesia


By: Khoirul Taqwim

Barat dengan segudang teori mampu melakukan berbagai gebrakan dalam menguasai di segala aspek kehidupan. Bahkan pendidikan sebagai pintu gerbang sebuah peradaban, ternyata barat mampu meletakkan pondasi keilmuan dengan cerdas dalam menata berbagai paradigma klasik sampai ranah kontemporer. Sehingga dominasi paradigma barat tidak sekedar dirasakan di dalam dunia pendidikan Indonesia, tetapi mampu keseluruh wajah pendidikan yang ada di dunia dalam meletakkan pondasi paradigma keilmuan.

Kemajuan paradigma barat telah di tunjukkan sejak abad masa silam, sejak sebelum masehi dengan penemuan berbagai ilmu pengetahuan, Bahkan kita kenal dengan istlah filsafat, logika dan masih banyak lagi ilmu pengetahuan yang di telurkan paradigma barat, tentu dengan modal latar belakang keilmuan yang super canggih dimasanya, bahwa paradigma barat telah mampu melakukan dominasi ilmu pengetahuan di seluruh penjuru dunia, tetapi yang paling parah Indonesia sebagai lubang impor gagasan barat dalam menerapkan berbagai ilmu pengetahuan.

Paradigma berpikir barat memang populer dengan istilah rasional dalam menjawab sebuah persoalan. Namun dalam perjalanan sebuah nilai rasional terkadang berbenturan dengan Nilai-nilai kearifan masyarakat lokal. Sehingga konsep barat terlihat indah dalam makna sebuah gagasan, tetapi dalam realita kehidupan tidak sejalan dengan budaya masyarakat secara luas.

Kalangan cendekiawan dan para pemikir yang berhaluan barat di masa menempuh di dunia pendidikan. Sebagian menganggap, bahwa dengan ilmu barat mampu mengubah segala paradigma Indonesia dengan cerdas, tetapi saat di terapkan dalam kehidupan nyata, ternyata mengalami sebuah benturan antara fakta dan sebuah teori, tentu membuat kaget para pengagum barat, padahal di masa kuliah menganggap gagasan barat merupakan sebuah bentuk kecerdasan dalam membangun sebuah bangsa. Namun dalam praktek di lapangan mengalami sebuah perbedaan yang sangat mencolok. Sehingga antara teks dan konteks mengalami sebuah keterpisahan satu sama lain.

Pendidikan Indonesia sebagai pintu gerbang dalam membangun sumber daya manusia, tetapi fakta di lapangan, ternyata pendidikan Indonesia dalam mengolah pola pikir cenderung mengadopsi ilmu barat. Sehingga kemampuan lulusan dari pendidikan Indonesia mengalami ketidak seimbangan antara teori dan praktek. Mengingat tidak semua gagasan barat harus di ambil dalam kehidupan masyarakat secara luas. Sebab gagasan barat banyak yang bersebarangan dengan sosial, budaya, moral dalam kehidupan masyarakat.

Gagasan barat tentang ilmu pengetahuan sangat dominan dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan masalah moral barat juga meletakkan pondasi dengan istilah HAM maupun humanisme sebagai tolak ukur tentang nilai sebuah bangunan moral, padahal bangunan HAM dan humanisme cenderung mengarah pada Nilai-nilai barat tentang kebebasan individu, tanpa melihat dari aspek lain. Sehingga menghasilkan sebuah hipotesis yang cenderung sepihak dalam meletakkan pondasi kemanusian secara kaffah.

Sebenarnya, kekayaan nusantara tidak kalah dengan bangunan moral barat, seperti falsafah tepa selira tidak hanya sebuah kebebasan individu dalam sebuah penilaian moral. Namun tepa selira menekankan sebuah nilai bangunan tentang keadilan dan juga penyeimbangan antara individu dan sosial dalam meletakkan sebuah gagasan tentang kehidupan, agar terjadi sebuah keseimbangan antara individu dan sosial dalam menerapkan sebuah Nilai-nilai moral.

Eksistensi dominasi barat terhadap pendidikan Indonesia dalam sebuah bangunan ilmu pengetahuan, sering kita kenal dengan istilah liberal dalam membangun sebuah nilai moral, padahal liberal versi barat sangat tidak cocok dengan bangunan moral masyarakat Indonesia. Inilah sebuah realita yang harus di pahami segenap masyarakat yang berkecimpung di dunia pendidikan.

Keberadaan pendidikan Indonesia sebagai pengejawantahan antara nilai individu dan sosial, agar terjadi saling berkesinambungan dalam menjalankan sebuah teori dan praktek di lapangan, tentu semua dibutuhkan paradigma berpikir yang cerdas dalam meggali sebuah nilai khazanah nusantara.

Sudah saatnya, bahwa pendidikan Indonesia berdiri di kaki sendiri dalam membangun sebuah konsep pendidikan yang menekankan dengan sebuah proses menggali dari khazanah nusantara. Sehingga dalam praktek di lapangan para pelajar tidak terjadi sebuah paradigma yang menggantungkan dari gagasan barat.

Melepaskan pendidikan Indonesia dari dominasi barat merupakan sebuah kewajiban dalam merekonstruksi total, agar konsep pendidikan dan isi materi dalam dunia pendidikan Indonesia mampu mencapai sebuah corak pandang dengan masyarakat nusantara. Sebab nilai tentang paradigma barat dengan istilah liberalisme, marxisme, nihilisme, positivisme, materialisme, Darwinisme dan masih banyak gagasan barat bersebarangan dengan pijakan masyarakat Indonesia.

Membangun pendidikan Indonesia di butuhkan sebuah penggalian dari khazanah nusantara, agar dalam melakukan sebuah rekonstruksi pendidikan mampu berjalan seimbang antara konsep dan realita. Bahkan para pelajar Indonesia di tuntut kreatif dan inovatif dengan gagasan keilmuan nusantara, bukan sekedar mengadopsi paradigma barat. Dan Allah memberi petunjuk kepada yang benar, tiada Tuhan selain Dia.

Thursday 26 May 2016

Gus Wim Sang Kreator Pembaharu Islam


By: Zidan Mazero


28425_1197081066575_5724955_n

























Khoirul Taqwim atau disebut dengan istilah Gus Wim merupakan seorang pembaharu Islam dalam memberikan penyelesaian mengenai ajaran ke-Islaman, melalui pola pikir yang mengedepankan sumber Islam sebagai kajian utama, dan berusaha memberikan sebuah pemahaman tentang Al-Qur'an dengan tafsir Al-Qur'an. Dari permasalahan inilah Gus Wim menempatkan diri sebagai sang kreator pembaharu Islam.

Keberadaan Islam yang dikenali masyarakat Islam secara luas, telah bercampur baur antara tafsir Al-Qur'an dengan Al-Qur'an. Sehingga pemahaman umat Islam antara teks dan konteks Al-Qur'an bercampur-baur yang sulit dibedakan. Karena ajaran Islam sudah terlanjur mendarah daging dalam kehidupan umat Islam.

Gagasan Gus Wim sebagai sang pembaharu Islam merupakan sebuah keniscayaan, tentunya disebabkan kondisi umat Islam yang mengalami kerusakan pola pikir, dan tentunya perlu dibenahi secara tepat sasaran.

Cara mengobati Gus Wim dalam membangun pola pikir umat Islam tak lepas dari memberikan sebuah penjelasan, bahwa wahyu Al-Qur'an kebenarannya tidak perlu diragukan lagi, sedangkan tafsir Al-Qur'an masih diragukan. Karena tafsir Al-Qur'an sebatas buatan manusia semata.

Gus Wim bukan mengecilkan makna tafsir Al-Qur'an, tetapi Gus Wim berusaha memberikan sebuah penjelasan tentang sisi negatif dari hasil tafsir Al-Qur'an yang terkadang tidak disadari oleh para pengkajinya. Mengingat Al-Qur'an  yang dibacakan, lalu diterjemahkan, dan lalu ditafsiri. Kalau tidak jeli para pengkaji Al-Qur'an mempunyai anggapan, bahwa apa yang disampaikan para pemuka agama atau disebut dengan istilah Ustadz adalah: AlQur'an, padahal hasil cipta karsa sang Ustdz itu sendiri, tetapi seolah-olah apa yang disampaikan ustadz semuanya adalah: Al-Qur'an

Dari sinilah para pengkaji yang mendengarkan ceramah sang Ustadz menganggap itu adalah: Al-Qur'an, padahal Al-Qur'an tadi sudah dibumbui atau ditambahi dengan terjemahan dan sekaligus dengan tafsirnya, dan hasil tafsir adalah: hasil karsa cipta manusia semata.

Lalu ada pertanyaan sederhana, apakah tidak boleh menafsirkan Al-Qur'an? Bukan masalah boleh atau tidak boleh, tetapi sebuah tafsir atau pemahaman tentang ke-Islaman bisa salah atau bisa benar. Mengingat kebenaran itu milik Allah SWT, sedangkan manusia tak luput dari salah dan khilaf, begitu juga hasil dari pemahaman Islam berupa tafsir Al-Qur'an, tentunya tak luput dari salah dan khilaf pula.

Berangkat dari sinilah Gus Wim dapat dikatakan sebagai sang kreator pembaharu Islam, dan Gus Wim dapat dikatakan pula sebagai sang pembeda antara kebenaran dan prasngka, tentunya semua tak lepas dari perbedaan sumber Al-Qur'an dengan tafsir Al-Qur'an. Maka dari sinilah gagasan Gus Wim dapat dikatakan sebagai penggagas paradigma pemikiran baru tentang ke-Islaman masa kini. Wassalam................

Wednesday 25 May 2016

Mahar Nabi Muhammad Saat Meminang Siti Khadijah


By: Khoirul Taqwim

Nabi Muhammad merupakan pemuda yang berasal dari kalangan sederhana dan bersahaja, namun ternyata Nabi Muhammad saat meminang Siti Khadijah salah satu saudagar terkaya di masa silam, Nabi Muhammad tidak Segan-segan memberi mahar sebanyak seratus ekor unta, sungguh luar biasa besar pada zaman dahulu kala, kalau melihat dari kekayaan Nabi Muhammad yang tidak terlalu kaya di banding Siti Khadijah.

Seratus unta kalau di lihat pada zaman saat ini, ternyata punya nilai tinggi, bahkan, apabila dirupiahkan saat ini, seratus unta sekitar 1,2 Milyar, mengingat Rata-rata harga unta saat ini sekitar 12 juta perekor. Nah! berarti mahar Nabi Muhammad begitu besar dilihat zaman dahulu kala sampai saat ini, apalagi melihat latar belakang Nabi Muhammad yang berasal dari keluarga yang sangat sederhana.

Mahar Nabi Muhammad saat meminang siti Khadijah banyak yang mengira hanya dalam hitungan kecil, ternyata perkiraan itu sangat salah kaprah, lalu kenapa Nabi Muhammad memberi mahar begitu besar kepada Siti Khadijah? sebab Nabi Muhammad sangat menghormati wanita, apalagi sang istri yang bernama Siti Khadijah, sehingga harta bukanlah hal yang berharga, apabila di banding dari nilai sang istri tercinta. Nah! dari situlah kita diajak mengambil pelajaran dan hikmah dari kisah agung Nabi Muhammad pada saat meminang wanita yang di cintai.

Berangkat dari tulisan di atas kita di ajak berpikir dan merenungi, bahwa sang istri punya nilai istimewa yang tidak dapat di ukur hanya sebatas dari sudut materi, sehingga memberikan mahar seratus unta kepada sang Istri merupakan salah satu bentuk cara memulaikan sang istri.

Kisah di atas merupakan cara Nabi Muhammad memberikan pelajaran kepada umat manusia, bahwa harta benda tak sebanding, apabila di bandingkan dari nilai sang istri tercinta, sehingga belajarlah dari Nabi Muhammad dalam menjunjung tinggi keberadaan wanita, khususnya istri yang menemani sepanjang hayat kita nanti. Wallahu a'lam bisshowab...........

Kaum Santri Menggugat


By: Khoirul Taqwim

Kaum santri masa dahulu kala dianggap jauh dari tehnologi, bahkan di indetikkan dengan istilah "kaum gaptek", tetapi dengan perkembangan masa yang kian menggeliat, tudingan miring tentang kaum santri dapat ditepis dengan perlahan-lahan atas kemajuan yang diperolehnya.

Kemajuan kaum santri yang diperoleh selama ini, semua tak lepas dari kerja keras pendidikan pesantren, baik ditingkat pelosok desa maupun sampai ujung pusat kota, bahkan sudah mulai terdapat paradigma pemikiran kaum santri saat menghadapi kondisi era globalisasi yang semakin mengglobal.

Masa globalisasi yang semakin mengglobal ditengah-tengah realita kehidupan, membuat kaum santri berusaha membangun karakter dan kepribadian yang tangguh, untuk menghadapi arus zaman yang semakin tak menentu arah. Karena itu dibutuhkan usaha keras kaum santri dalam menghadapi tantangan zaman, untuk mewujudkan sebuah bangunan antara tehnologi dengan keimanan, agar mampu berpadu satu dalam keutuhan.

Membangun kemandirian kaum santri dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan, semua dibutuhkan sebuah proses yang berani, untuk menggapai sebuah cita-cita mulia, tentu dengan berusaha keras dalam mewujudkan sebuah keberhasilan kaum santri, untuk menatap masa depan yang lebih meyakinkan.

Dengan menggugat stigma negatif yang dialamatkan kaum santri, bahwa kaum santri merupakan kumpulan manusia yang tak mengerti kondisi kemajuan zaman, maka sudah waktunya kaum santri menggugat stigma yang dialamatkan tersebut, tentu dengan cara berusaha keras melakukan pembelajaran diri dalam menatap masa depan, agar kedepan kaum santri mampu menunjukkan pada dunia, bahwa kaum santri bisa menghadapi arus globalisasi yang semakin dirasakan bagi kehidupan masyarakat.

Kaum santri menggugat merupakan sebuah realita kehidupan yang terus dibangun, agar kedepan kaum santri benar-benar eksis dalam menatap masa depan yang kian berat disegala arah pertarungan, baik pertarungan ilmu pengetahuan maupun pertarungan ilmu spiritual, tentu semua membutuhkan sebuah proses yang panjang, untuk menghadapi berbagai permasalahan yang menjerat realita kehidupan.

Gerakan kaum santri menggugat sebuah fakta yang tak dapat dipungkiri. Mengingat kaum santri saat ini, mulai banyak yang terjun dikancah lokal maupun internasional dalam mengepakkan sayap-sayap perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, Sehingga kedepan kaum santri akan mampu menjadi pioneer-pioneer baru dalam memberikan berbagai karya tentang sosial, budaya, tehnologi, politik, dan berbagai karya lainnya, supaya suatu saat dimengerti oleh kelompok yang tak mengerti tentang gerakan kaum santri mengguggat.

Semoga Allah SWT memberi daya pikir yang cerdas, untuk kaum santri disegala penjuru arah angin, agar kaum santri mampu menjadi pioneer-pioneer disegala ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi seluruh alam semesta, Amiin....

Tuesday 24 May 2016

Liberalisme Dalam Pandangan Islam


By: Khoirul Taqwim

Liberalisme merupakan paham kebebasan dengan mengedepankan hak individu dalam mengekspresikan segala kondisi dengan bebas lepas tanpa beban, tetapi dalam ajaran Islam mengajarkan tentang semangat tenggang rasa, tentu tidak sebatas dalam bentuk kebebasan belaka. Karena kalau kebebasan tanpa melihat kondisi sosial, tentu yang terjadi sebuah ketimpangan dalam pemahaman antara individu dan sosial.

Paradigma Liberalisme dalam memberikan makna tentang kebebasan sering di terjemahkan dalam makna yang tidak pada tempatnya. Sehingga yang terjadi dalam kehidupan tentang makna kebebasan mengarah pada sebuah semangat mencari pembenaran diri tanpa di landasi sebuah semangat tepa selira dalam menerjemahkan tentang multi kehidupan..

Pemahaman liberal cenderung mengarah kepada kebebasan tanpa batas, walaupun ada sebagian para penggerak paham liberal, bahwa liberal juga punya batasan tentang sebuah kebebasan antara individu dan sosial. Namun dalam realita makna kebebasan hanya terbatas pada ranah individu, bukan kebebasan dalam makna secara universal.

Ketika membedah liberalisme akan nampak sebuah kecerobohan dalam paham yang di anut sebagian masyarakat yang ingin sebuah kebebasan berekspresi dan berinovasi, padahal kebebasan individu akan menghasilkan sebuah tatanan yang kurang tepat dalam kehidupan sosial. Sebab kebebasan individu yang di gaungkan para kaum liberal dalam menerjemahkan sebuah makna kehidupan, telah mengantarkan dalam pola pikir destruktif dalam penerjemahan tentang berbagai persoalan.

Keberadaan liberalisme dalam kehidupan masyarakat mengarah pada paham kapitalisme, kalau di lihat dari sudut pandang ekonomi. Sebab liberalisme mengajarkan tentang sebuah kebebasan manusia sebebas-bebasnya dalam beraktivitas. Namun kalau di lihat secara teliti, bahwa paham liberal telah terjebak dalam paham individu, tanpa melihat dari sisi yang lain. Sehingga liberalisme hanya sebatas sebuah paham yang mengatasnamakan sebuah kebebasan. Namun bukan kebebasan dalam makna pembebasan sejati.

Liberalisme dalam perkembangan dan kelanjutannya, telah masuk dalam ranah tidak sebatas masalah ekonomi, sosial, budaya dan berbagai bidang yang lain. Bahkan liberalisme telah mengarah masuk keranah agama Islam. Sehingga dengan kondisi liberalisme masuk dalam makna keagamaan, telah mengalami sebuah dilema dalam penafsiran. Sebab paham liberal dalam menafsirkan Islam cenderung mengarah pada daya akal, tanpa melihat sisi teks maupun konteks secara tepat, padahal ajaran Islam dalam mengajarkan sebuah tafsir harus melalui berbagai paradigma secara kaffah, bukan hanya sebatas satu sisi belaka.

Keberadaan tafsir Islam dalam paham liberal cenderung mengarah pada kerancuan antara teks dan konteks. Sebab liberalisme lebih menekankan pada aspek konteks dalam menafsirkan berbagai ajaran Islam. Berangkat dari sinilah terdapat dilema besar sebuah pemahaman agama antara akal dengan wahyu.

Kekuatan ruh dalam ajaran Islam tidak sebatas masalah kebebasan dalam berargumen. Sebab kalau Islam hanya sebatas kebebasan belaka, berarti mempersempit makna Islam itu sendiri. Karena Islam merupakan ajaran kaffah tentang manusia saat berhubungan denganTuhan, begitu juga saat manusia berhubungan dengan sesama. Inilah catatan terpenting dalam dunia Islam, bahwa Islam bukan sebatas semangat kebebasan dalam menerjemahkan antara teks dan konteks. Namun Islam lebih luas lagi dalam memberikan sebuah gambaran tentang berbagai persoalan kehidupan manusia.

Islam merupakan ajaran dalam pencapaian sebuah kemaslahatan secara kaffah. Namun kalau sebuah kebebasan tidak menghasilkan sebuah kemaslahatan, berarti sama saja membuang energi dalam kesesatan. Sehingga di butuhkan sebuah paham yang mampu mensinergikan antara teks dan konteks dalam menggali tentang khazanah ke-Islaman.

Liberalisme dalam pandangan Islam sangat jauh dari sebuah Nilai-nilai Islam tentang semangat kemaslahatan secara kaffah. Sebab liberalisme sebatas semangat kebebasan dalam cara pandang tentang menerjemahkan sebuah ajaran Islam. Sedangkan Islam mengajarkan tentang semangat mencari kemaslahatan, bukan sebuah kebebasan tanpa melihat dari sisi kemaslahatan secara kaffah.

Keberadaan liberalisme cenderung dalam paham kebebasan semu. Sebab batasan dalam liberalisme bersifat abstrak, Namun ajaran Islam sudah jelas dalam melakukan sebuah penilaian antara haq dengan yang batil. Sedangkan liberalisme antara batil dan haq masih terlihat Samar-samar. Sebab dalam gagasan liberalisme cenderung pada makna sebuah kebebasan yang masih samar, apabila di kaitkan dengan bidang keagamaan.

Idiologi Liberalisme dalam pandangan Islam tidak sejalan dengan semangat kemaslahatan dalam menentukan antara yang haq dengan yang batil. Karena liberalisme sebatas semangat sebuah kebebasan dengan mengedepankan hak individu tanpa melihat dari sisi kemaslahatan secara kaffah dalam menentukan sebuah kebenaran.

Gagasan liberalisme nampak terjebak tentang makna sebuah kebebasan semu dalam memberikan sebuah penafsiran tentang kehidupan. Sehingga antara profan dan sakral tidak terjadi sebuah sinergi yang saling menguatkan dan mengokohkan. Sedangkan Islam merupakan sebuah bangunan keseimbangan antara profan dengan sakral dalam mengajarkan semangat mencari rahmat di jalan Allah dalam pencapaian menuju sebuah kebenaran haqiqi.

Melihat dari argumen tentang liberalisme dalam pandangan Islam, bahwa liberalisme tidak mengarah pada kemaslahatan antara profan dan sakral, berarti liberalisme sebatas mengarah pada kehidupan materialisme dalam memberikan makna sebuah kehidupan. Maka perlu ada sebuah keseimbangan antara profan dan sakral dalam menerjemahkan berbagai multi real tentang sebuah kehidupan. Dan Allah maha penguasa segala sesuatu, pengatur segala ciptaan di langit maupun di bumi, maka saya bersaksi tiada Tuhan selain Dia.

Monday 23 May 2016

Mengambil Hikmah: Perang Israel Vs Palestina


By: Khoirul Taqwim

Perang adalah sebuah tipu daya, untuk memenangkan dalam sebuah pergolakan yang penuh dengan berbagai intrik, baik melalui jalur musyawarah maupun jalur kekerasan sekalipun. Setiap generasi manusia tak lepas dari sebuah pertarungan dengan istilah "perang". Mengingat perang sudah menjadi jalan terakhir disaat akal pikiran sudah tidak mampu menemukan sebuah titik terang dalam menyelesaikan sebuah konflik, maka dari situlah jalur perang dengan angkat senjata sebagai bentuk mempertahankan sebuah nafas kehidupan bagi sebuah generasi manusia.

Perang dengan jalur kekerasan memang sangat merugikan berbagai pihak, bagaimana tidak? Perang telah menyebabkan kehilangan harta yang berlimpah, bahkan lebih jauh lagi, perang telah mengakibatkan korban nyawa dalam mempertahankan sebuah kehidupan, tetapi kondisi sudah membentuk antara membunuh atau dibunuh.

Menyedihkan ketika mendengar bahasa membunuh atau dibunuh, tetapi itulah realita kehidupan perang yang tak dapat ditolak dalam sebuah pertarungan antara kematian dan kehidupan. Sehingga perang antara Israel Vs Palestina menjadi sebuah perhelatan akbar pertarungan dengan berbagai senjata kecil maupun besar dengan daya hulu ledak yang mampu mengakibatkan sebuah datangnya kematian.

Ironis, ketika anak-anak maupun masyarakat yang tak ikut bertikai menjadi korban keganasan pertarungan dalam sebuah peperangan, tetapi apa mau dikata? Perang telah terjadi ditengah-tengah konflik kedua negara. Bahkan konflik antara Israel Vs Palestina sudah tidak hanya melibatkan kedua negara, tetapi berbagai negara ikut mendukung sebagai pemasok senjata maupun dalam bentuk bantuan lain, untuk memuluskan sebuah pertarungan antar kedua negara tersebut.

Perang antara Israel Vs Palestina telah menjadi simbol pertarungan yang tidak sebatas perebutan tanah maupun dalam bentuk perebutan lain, tetapi perang kedua negara tersebut, telah menjadi sebuah perang dengan simbol agama, kalau perang sudah melibatkan atas nama agama, tentu yang terjadi dapat ditebak perang akan semakin runyam dengan segala daya kekuatan.

Melihat kondisi peperangan yang terjadi ditengah-tengah realita kehidupan, sungguh menyedihkan dengan banyaknya korban yang berjatuhan antara kedua negara yang bertikai, tertapi dibalik semua itu dapat diambil sebuah hikmah besar, ternyata perang mampu menyatukan dalam satu padu masyarakat yang bertikai, untuk saling tolong menolong sesama kelompok masing-masing, seperti umat Yahudi, Kristen, dan sekutunya bersatu padu membantu kemenangan Israel, begitu juga kelompok Islam bersatu padu dengan berbagai dukungan, untuk kemenangan bangsa Palestina.

Hikmah besar yang dapat diambil dari sebuah bentuk peperangan, bahwa perang mampu menyadarkan seluruh umat manusia, karena perang sesungguhnya sangat membutuhkan sebuah persatuan dan kesatuan, untuk memenangkan sebuah pertarungan, tentu dalam proses peperangan tidak sekedar senjata yang kuat dia yang menang, tetapi saling memotivasi diri antar satu sama lain, agar kemenangan dapat diraihnya. Maka bersatulah!, Insya Allah peperangan akan segera dimenangkan bagi umat muslim, apabila umat muslim mampu merasakan disaat saudaranya tersakiti, seluruh umat muslim didunia ikut merasakan sakit, tetapi kalau umat muslim acuh tak acuh terhadap sesama saudaranya, maka yang terjadi bangunan persatuan umat muslim mengalami degradasi moral dalam sebuah bangunan persatuan dan kesatuan.

Slogan persatuan dan kesatuan merupakan sebuah bahasa yang mengandung hikmah besar, maka hikmah persatuan dan kesatuan dapat diambil dari sebuah perang antara Israel Vs Palestina. Mengingat kalau umat Yahudi, Kristen dan para sekutunya bersatu, sedangkan umat muslim tidak dalam kondisi bersatu, maka dapat dipastikan umat muslim akan mengalami kekalahan dalam sebuah peperangan, tetapi kalau umat Yahudi, Kristen dan para sekutunya tidak besatu, sedangkan umat Islam bersatu, maka dapat dipastikan kejayaan umat muslim akan segera tiba.

Sudah waktunya umat muslim mengambil hikmah dalam peperangan Israel Vs Palestina, bahwa persatuan dan kesatuan merupakan sebuah kunci kemenangan dalam melakukan sebuah bentuk segala ativitas, baik dalam kondisi perang maupun dalam kondisi tertentu.

Semoga Allah SWT mengabulkan sebuah bangunan persatuan dan kesatuan bagi umat muslim didunia, agar umat muslim mampu mencapai kejayaan secara kafah, Amin.....

Sunday 22 May 2016

Sepak Terjang Kaum Santri


By: Khoirul Taqwim

Sepak terjang kaum santri, baik ditingkat lokal, regional, dan juga Internasional, telah membawa perubahan bagi kaum santri menuju berbagai gerakan aksi dalam membenahi tatanan kehidupan masyarakat secara luas. Mengingat kerusakan sebuah bangsa dan negara tak lepas dari sebuah degradasi moral disegala aspek kehidupan, bahkan degradasi moral telah memasuki berbagai wilayah kekuasan negara. Sehingga yang terjadi dari sebuah degradasi moral, telah menimbulkan berbagai kasus korupsi, kolusi, dan berbagai kasus negatif lainnya.

Dengan terjadinya sebuah degradasi moral disegala aspek kehidupan, sudah selayaknya para kaum santri mampu berdiri digarda depan perubahan dalam menyikapi berbagai permasalahan bangsa dan negara, terutama kebobrokan moral para pemegang tampuk kekuasaan. Karena kalau pemimpin bobrok dalam segi moral dipastikan negara akan mengalami kehancuran, maka dengan sangat mendesak, sepak terjang dari berbagai kalangan kaum santri sangat dibutuhkan, untuk terus mengawal sebuah perubahan dari degradasi moral menuju rekonstruksi moral secara totalitas.

Sepak terjang para kaum santri dimulai dari pembenahan dunia pendidikan. Mengingat dunia pendidikan di negeri Indonesia sudah dikuasai budaya asing dan paradigma asing dengan berkedok kemanusiaan, padahal semua itu tak lebih dari sebuah kebohongan atas nama HAM, tetapi HAM yang dibawa berjenis kelamin dari pemahaman westernisasi.

Membedah westernisasi dalam kaca mata kaum santri diperlukan sebuah kecermatan dalam berpikir, apalagi westernisasi sering berwajah kemanusiaan, padahal semua itu tak lepas dari topeng semata, maka kaum santri dituntut, untuk jeli dalam menyikapi sebuah persoalan tentang realita kehidupan didunia pendidikan yang sebagian besar mengadopsi pola paradigma dari bangsa barat.

Selain dunia pendidikan dalam mencapai sebuah hasrat perubahan, agar tercipta sebuah kehidupan yang sehat, maka kaum santri harus menata ulang kebobrokan birokrasi dinegeri Indonesia dengan jalan melakukan berbagai aksi, baik aksi damai maupun dalam bentuk aksi lainnya.

Kebobrokan birokrasi di negeri Indonesia yang tidak melayani masyarakat secara optimal, maka perlu ada sebuah reformasi, bahkan kalau perlu ada sebuah aksi revolusi total, ketika birokrasi pemerintahan yang sudah seharusnya sebagai pelayan masyarakat, namun fakta dilapangan jauh dari harapan masyarakat secara luas, maka tidak ada kata lain, selain perombakan secara totalitas harus dilakukan, agar bangsa Indonesia mampu berbicara lagi dikancah Internasional.

Kerusakan sendi-sendi bangunan moral yang mengakibatkan krisis kepemimpinan. Berangkat dari sinilah, bahwa waktu yang tepat telah tiba, untuk kaum santri berdiri tegak melakukan berbagai aksi perubahan, bahkan sudah seharusnya kaum santri mampu menjadi pemegang tampuk kepemimpinan, baik ditingkat lokal, regional maupun Internasional.

Dengan adanya sepak terjang dari para kaum santri, untuk pembenahan diberbagai sistem kehidupan berbangsa dan bernegara, tentu diharapkan para kaum santri mampu menjadi garda perjuangan dalam memberikan jasa yang terbaik buat agama dan bangsa, semua membutuhkan sebuah proses yang panjang dari generasi-kegenerasi, baik melibatkan kaum santri secara intern maupun ekstern.

Membangun sebuah kekuatan bangsa dan negara diseluruh penjuru Nusantara, sudah dipastikan memerlukan sebuah gagasan paradigma pemikiran dari kalangan kaum santri, agar kelak kaum santri mampu bangkit dari berbagai kendala yang dihadapi, selanjutnya para kaum santri mampu bangkit melakukan pembenahan diri dari berbagai aspek, baik dari aspek sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, tehnologi, kepemimpinan, dan berbagai aspek lainnya.

Peran serta kaum santri dalam membangun sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara, agar kembali bermartabat dikawasan Asia Tenggara, bahkan diberbagai kawasan belahan bumi lainnya, semua membutuhkan sebuah dedikasi tinggi dari para kaum santri, untuk terus memberikan sebuah perubahan yang lebih baik bagi kehidupan masyarakat secara kafah.

Kaum santri dengan segala sepak terjangnya merupakan sebuah tindakan yang terus berusaha keras, untuk mencari solusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengingat bangsa Indonesia mengalami berbagai krisis, baik krisis moral, krisis ekonomi, dan berbagai krisis lainnya, maka tidak ada kata lain, selain seindah kata sepak terjang kaum santri dalam berjuang menegakkan "amar ma'ruf nahi munkar" disegala penjuru alam Nusantara.

Semoga Allah SWT memberikan daya juang yang gigih kepada para kaum santri, agar kelak para kaum santri mampu berbuat banyak dalam membangun sendi-sendi kehidupan yang sesuai dengan sabda dan fiman, Amiin....

Saturday 21 May 2016

Membangun Pendidikan ala Islam Tradisional


By: Khoirul Taqwim

Pendidikan merupakan pintu gerbang dalam membangun sumber daya manusia. Sehingga pendidikan sangat urgen bagi kemajuan sebuah bangsa dan negara. Mengingat pendidikan sebagai peletak dasar awal mula membangun sumber daya manusia, sebelum terjun langsung ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

Membangun pendidikan yang berorientasi pada kearifan lokal merupakan sebuah keniscayaan yang tak dapat ditolak. Karena kearifan lokal salah satu watak dan kepribadian masyarakat setempat dalam mengeja langkah menuju kehidupan sejati.

Kearifan lokal modal awal dalam membangun para pelajar, agar kedepan para pelajar mengerti dan paham akan realita kehidupan. Sehingga para pelajar menemukan jati diri sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya sebatas teoritis belaka, tetapi lebih mengena pada kehidupan secara nyata.

Kehidupan pendidikan di negeri Nusanatara, sudah semestinya membangun jiwa dan ruh dalam kehidupan para pelajar, agar para pelajar mendapatkan sebuah ilmu yang bermanfa'at dalam menatap masa depan, tetapi pendidikan yang terjadi saat ini, ternyata tak jarang ditemukan ilmu yang jauh dari kearifan lokal. Sehingga para pelajar berada dalam tekanan kubangan asing, apalagi para pelajar diwajibkan belajar berbagai idiologi luar yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan, tentu pendidikan model seperti ini, cenderung mengarah pada westernisasi.

Pendidikan di Nusantara sudah saatnya berorientasi pada nilai-nilai kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman. Karena nilai-nilai kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman merupakan sebuah realita tang tak dapat ditolak. agar dapat membangun watak dan kepribadian para pelajar yang sesuai dengan moral kebangsaan.

Ketika moral bangsa terjadi sebuah istilah rekonstruksi, berarti bangsa dan negara mengalami kehidupan yang sehat, tetapi disaat sebuah bangsa terjadi istilah destruktif moral, berarti sebuah bangsa dan negara mengalami regresi dibawah titik nadir yang membahayakan bagi kehidupan masyarakat secara luas.

Keberadaan kearifan lokal yang bertumpu pada niali-nilai ke-Islaman merupakan sebuah pandangan Islam tradisional dalam membangun sebuah pendidikan, agar pendidikan di negeri Nusantara dapat berkembang dan mengalami kemajuan sesuai kepribadian sebuah bangsa dan negara.

Kearifan lokal dan nilai-nilai ke-Islaman merupakan sebuah keniscayaan yang tak dapat dibantah dalam membangun pendidikan di negeri Nusantara, agar pendidikan semakin jaya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang lebih bermanfa'at, apalagi kearifan lokal dan nilai-nilai ke-Islaman dapat di ibaratkan "jiwa dan raga" yang tak dapat dipisahkan.

Semoga Allah SWT memberi rahmat dan berkah kepada para pendidik di negeri Nusantara, Amiin..........

Friday 20 May 2016

Pertarungan Politik Sesama Umat Islam


By: Khoirul Taqwim

Politik Islam selalu mewarnai perkembangan bangsa Indonesia, mulai dari Islam yang bercorak tradisionalis sampai Islam bercorak militansi. Semua tak lepas dari tarik-ulur kepentingan dalam perpolitikan.

Kemunculan politik Islam tak lepas dari sebuah sejarah panjang dinegara republik Indonesia. Sehingga memunculkan berbagai perkembangan tentang wajah ke-Islaman di Indonesia dalam perjalanannya. Dan yang paling kental pertarungan politik sesama umat Islam, mulai dari umat Islam yang lebih mengedepankan pandangan dari adat-istiadat, hingga umat Islam yang menolak ajaran adat-istiadat yang bercampur dengan ajaran kemurnian Islam, tetapi dalam perjalanan perpolitikkannya, kedua paham ini mengklaim, bahwa: ajarannya tak lepas dari pokok substansi ajaran Islam itu sendiri.

Pergolakan politik sesama umat Islam dari arus bawah membawa implikasi sampai ditingkat para pemimpin umat Islam. Bahkan pertarungannya hingga mencapai gedung legislatif, ternyata semua tak lepas dari akar arus bawah sampai puncak pertarungan politik Islam dinegeri Indonesia.

Sebenarnya, akar permasalahan pertarungan politik Islam tak lepas dari sebuah permasalahan kekuasaaan, tetapi pertarungan ini mengarah menuju pertarungan Islam yang masih kental dengan tradisi Islam melawan Islam yang menganggap segala sesuatu tentang berbau tradisi Islam harus dikembalikan pada habitatnya Islam itu sendiri.

Kalau kedua ajaran Islam ini sudah saling menyadari, bahwa: keduanya tidak akan mencapai titik temu dalam pemahaman tentang ke-Islaman. Maka sudah seharusnya keduanya saling menghargai dan mengedepankan "Bhinneka Tungga Ika" ditengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pertarungan politik Islam yang bersifat saling mencari pembenaran diri, sudah seharusnya diakhiri ditengah-tengah kehidupan masyarakat umat Islam, supaya sesama umat Islam dapat bersatu dalam mengarungi bahtera keagamaan. Namun, kalau terjadi kegagalan dalam pemahaman yang saling menyejukkan ditengah-tengah kehidupan masyarakat sesama umat Islam. Maka yang terjadi akan ada sebuah tontonan kegaduhan perpolitikan sesama umat Islam itu sendiri. Sehingga supaya terdapat alur terciptanya perdamaian dan ketenteraman, semua tak lepas dari umat Islam itu sendiri dalam menyikapi sebuah perbedaan dalam pemahaman ajaran agama Islam itu secara kaffah.

"Taat dan patuhlah kepada Allah dan Rasulnya, dan janganlah saling berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gagal, dan hilang kekuatanmu serta bersabarlah. Sungguh Allah berada dipihak orang yang sabar". (Q.S. Al Anfal [8]: 46). 

Semoga Allah SWT selalu memberi limpahan rahmat dan berkah kepada kita semua, Amin.....

Thursday 19 May 2016

Gus Wim Sang Pembaharu Islam


By: Zidan Mazero


Pembaharuan Islam merupakan sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan dalam membangun pola pikir umat Islam. Mengingat umat Islam sudah terombang-ambing dalam paradigma pemikiran para pemuka agama Islam yang dianggap kebenaran mutlak, padahal yang dijalankan para pemuka agama hanya sebatas tafsir semata, tetapi umat Islam tak sedikit yang menganggap ajaran sebuah tafsir termasuk dari ajaran Islam yang berupa wahyu Al-Qur'an, tak sedikit pula umat Islam yang mengkaji Al-Qur'an menganggap hasil dari pemahaman Al-Qur'an dianggap sebagai ajaran Islam yang berkedudukan setingkat dengan Al-Qur'an, padahal itu hanya prasangka belaka melalui penafsiran para pemuka agama Islam tersebut.

Menelaah fenomena umat Islam dalam mengkaji Al-Qur'an, tak sedikit umat Islam yang terjebak dalam dogma-dogma semata.  Sehingga tidak menghasilkan pencerahan. Karena cara mengkaji Al-Qur'an hanya berdasarkan prasangka belaka dari para ahli agama Islam. Mengingat kebenaran mutlak hanya milik Allah, sedangkan manusia tak lepas dari salah dan benar.

Sebenarnya mengkaji Al-Qur'an itu sangat baik, apabila dilandasi semangat pembaharuan corak berpikir, bukan mengedepankan dogma-dogma semata. Karena manusia yang berjalan sesuai Al-Qur'an tak lepas dari beliau Nabi Muhammad SAW. Karena beliau yang mendapatkan wahyu Al-Qur'an, sedangkan yang lainnya, tentunya masih berrsifat tafsir semata. Sehingga kebenarannya masih sangat diragukan.

Sedangkan di-era masa kini umat Islam tak jarang disuguhi para penceramah agama dengan membaca Al-Qur'an, lalu memberikan penjelasan dengan ayat-ayat yang dibacakan, padahal itu hanya tafsir beliau yang dikaitkan dengan Al-Qur'an, tentunya kebenarannya masih bersifat prasangka semata. Mengingat kebenaran yang sesuai dengan Al-Qur'an itu milik Nabi yang diberi wahyu, sedangkan lainnya hanya bersifat prasangka semata, tentunya bisa salah atau bisa benar. Dari sinilah dibutuhkan pembaharuan Islam yang mengajak berpikir umat Islam tentang kemaslahatan, bukan hanya sebatas dogma-dogma belaka, apalagi dogma-dogma yang menjurus ke-arah destruktif.

Keberadaan pola pikir pembaharuan Islam sangat dibutuhkan dalam kehidupan umat Islam, agar disaat umat Islam mengkaji Al-Qur'an tidak mudah mengklaim apa yang dijalankan berdasarkan Al-Qur'an, padahal berjalan di atas tafsir semata, untuk itulah maksud dari pembaharuan Islam, yaitu: berusaha membangun paradigma berpkir umat Islam dalam mengenali ayat per-ayat Al-Qur'an. Sehingga umat Islam tidak mudah mengklaim apa yang dilakukan berdasarkan Al-Qur'an. Sehingga akan terjadi saling menghargai antar umat Islam. Mengingat satu sama lain berjalan berdasarkan tafsir semata, tentunya dari sinilah tidak ada yang merasa benar sendiri antar umat Islam dan kelompoknya.

Pembaharuan Islam tak lepas sebagai upaya meminimalisir gerakaan teroris yang dilakukan sebagian kecil umat Islam dalam melakukan sebuah tindakan destruktif dengan menghilangkan nyawa orang lain, padahal apa yang dilakukan seorang teroris hanya sebatas berjalan ditafsir ayat per-ayat Al-Qur'an, tetapi mereka menganggap sebagai pejuang menegakkan Al-Qur'an, tentunya anggapan ini hanya prasangka semata.

Sebuah gerakan pembaharuan Islam, untuk mewujudkan fitrah didalam dada umat Islam, tentunya tak lepas dari umat Islam dalam mengkaji Al-Qur'an dengan tujuan mampu memedakan antara Al-Qur'an dengan tafsir Al-Qur'an. Karena dengan jalan mengkaji Al-Qur'an umat Islam akan dapat melakukan koreksi diri dan bisa memberikan sebuah penjelasan antara Al-Qur'an dengan tafsir Al-Qur'an.

Dengan mengetahui Al-Qur'an, berarti umat Islam dapat pemahaman, bahwa Al_Qur'an adalah wahyu yang kebenarannya tak diragukan lagi, sedangkan tafsir Al-Qur'an kebenarannya masih bersifat prasangka, bisa benar atau bisa salah didalam melakuan sebuah tindakan penafsiran.

Ketika melakukan tindakan pembaharuan Islam, niscaya akan terdapat saling toleran didalam tubuh umat Islam. Sehingga tidak mudah mengkafirkan dan membid'ahkan antar satu sama lain. Karena yang berhak menilai buruk dan benar hanya milik Allah, sedangkan manusia, khususnya umat Islam hanya sebatas prasangka semata.

Keberadaan pembaharuan Islam merupakan sebuah keniscayan, supaya umat Islam tidak gampang didogma oleh seorang yang mengaku ahli agama, padahal yang disampaikan dengan memenggal ayat Al-Qur'an, lalu menerjemahkan dan selanjutnya menafsirkan dengan daya, cipta, karsa mereka. Sehingga menghasilkan sebuah cipta karsa manusia yang berupa pemahaman dari Al-Qur'an yang dianggap kebenaran mutlak, padahal hanya sebatas hasil pola pikir mereka sendiri. Inilah para penebar yang mengatasnamakan Al-Qur'an dan dengan tak jarang mengkafirkan, membid'ahkan, dan menuduh kelompok lain yang berseberangan sebagai penebar jahanam dan lain sebagainya.

Harapan besar dari pembaharuan Islam tak lepas sebagai upaya umat Islam dalam menjalankan agama Islam, supaya terdapat saling menghargai, dan tentunya saling tenggang rasa sebagai wujud kebersamaan antar umat Islam lainnya. Karena kebenaran hanya milik Allah semata, sedangkan manusia kebenarannya yang berdasarkan tafsir dan prasangka belaka.

“Yang haq berasal dari Tuhanmu belaka, maka sekali-kali janganlah kamu ragu”. (QS. Al-Baqarah [2]: 147).

Wednesday 18 May 2016

Pertumbuhan Islam Pasca Reformasi Perbarui


By: Khoirul Taqwim

Islam tumbuh berkembang sejalan dengan arus sebuah perubahan dalam kehidupan masyarakat, baik masalah politik, ekonomi, sosial, budaya maupun dalam berbagai aspek lain. Sehingga Islam pasca reformasi di Indonesia mengalami keterbukaan dari keberagaman pemikiran dalam menggagas tentang Nilai-nilai ke-Islaman.

Pasca reformasi sebagai tonggak perubahan dalam mencapai sebuah perubahan disegala bidang. Sehingga reformasi menghasilkan sebuah perubahan yang mendasar dari sistem ketertutupan menuju sistem keterbukaan, walaupun reformasi mengalami beragam kendala dengan istilah keterbukaan, tetapi reformasi tetap berjalan ditengah hiruk-pikuk sebuah perubahan menuju rekonstruksi disegala aspek kehidupan.

Pada era reformasi mengalami berbagai kendala dalam menghadapi berbagai paradigma pemikiran keterbukaan. Karena diera reformasi masyarakat mempunyai hak penuh atas dirinya dalam menanggapi sebuah realita yang dianggap tepat menurut persepsi dan pikiran Masing-masing. Inilah penyebab utama dengan istilah keterbukaan yang kebablasan dalam menyikapi beragam persoalan, baik masalah individu maupun dalam bentuk masalah sosial.

Begitu pula keberadaan Islam ditengah-tengah hiruk-pikuk menghasilkan berbagai macam sekte dan aliran. Sehingga sekte dan aliran inilah yang menghasilkan sebuah perbedaan pemahaman tentang ke-Islaman. Berangkat dari perbedaan pemahaman, ternyata menghasilkan berbagai gejolak pemikiran yang cenderung mengarah terhadap perpecahan yang menjurus dalam pembenaran diri.

Memang perbedaan merupakan sebuah rahmat besar, tetapi kalau perbedaan dipahami secara tidak sehat, tentu akan terjadi sebuah tindak destruktif dalam kehidupan masyarakat, apalagi pemahaman ke-Islaman begitu kompleks pasca reformasi dalam menerjemahkan beragam realita kehidupan.

Pertumbuhan Islam pasca reformasi begitu pesat dalam sebuah sekte dan aliran yang berbeda ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Sehingga menghasilkan sebuah pemikiran Islam yang terkadang agak asing ditelinga masyarakat secara luas dalam memahami ajaran Islam. Karena reformasi merupakan sebuah era keterbukaan dengan beragam aliran masuk dalam ranah ke-Islaman di Indonesia.

Menghadapi keberagaman ditengah-tengah masyarakat yang heterogen, sudah semestinya berpikir positif dalam melihat keberagaman pemikiran tentang ke-Islaman, agar terjadi sebuah interaksi yang sehat dalam menjalin ukhuwah Islamiyah. Inilah harapan besar dari masyarakat Islam yang menginginkan sebuah perdamaian dan ketenangan. Sehingga Islam pasca reformasi mampu menunjukkan sebuah tindak kemaslahatan secara universal, dan mampu membangun masyarakat Islam secara kaffah.

Keberadaan Islam pasca reformasi tumbuh berkembang seiring dengan pergolakan maupun perubahan diera keterbukaan. Sehingga Islam pasca reformasi terdapat perbedaan paham yang berbeda diantaranya:

Pertama: Islam liberal merupakan ke-Islaman dengan wajah bangsa Barat dalam menggagas ke-Islaman dan cenderung mengandalkan konteks dalam menganalisa sebuah peristiwa yang menyangkut agama Islam di banding aspek tekstual. Sehingga wajah Islam liberal cenderung mengarah pada gagasan ke-Islaman ala barat dalam menganalisa tentang ajaran Islam.

Kedua: Islam Khilafah merupakan sebuah idiologi ke-Islaman yang menggagas tentang berbagai aspek kehidupan dengan sudut pandang tekstual. Sehingga model Islam Khilafah cenderung di pengaruhi bangsa Timur Tengah dalam menerjemahkan tentang kehidupan ke-Islaman.

Ketiga: Islam tradisional merupakan sebuah pengejawantahan antara teks dan konteks, agar kedua hal ini dapat terjadi sinergi yang saling berkaitan secara utuh. Karena Islam tradisional merupakan wajah ke-Islaman dengan mengambil Nilai-nilai yang terdapat dalam kawasan Nusantara, untuk digali dalam khazanah ke-Islaman yang lebih membumi dalam kehidupan secara kaffah.

Berangkat dari Ketiga paham inilah pemikiran ke-Islaman tumbuh berkembang diera pasca reformasi. Sehingga menimbulkan berbagai diskusi maupun dalam bentuk perdebatan mengenai ke-Islaman. Karena disebabkan perbedaan pandangan dalam menggagas tentang Nilai-nilai ke-Islaman diera pasca reformasi. Semoga Allah SWT memberi petunjuk kebenaran kepada kita semua, Amiin......

Tuesday 17 May 2016

Kekuasaan dan Agama


By: Khoirul Taqwim

Kekuasaan sudah menjadi wajah dunia baru dalam mengeja sebuah perjalanan tentang kehidupan, walau terkadang sebuah kekuasaan tak sesuai dengan harapan, tetapi tak sedikit manusia mengejar kekuasaan sebagai jalan menuju tentang sebuah makna kepastian hidup.

Eksistensi sebuah kekuasaan sudah melebur dalam setiap dada nafsu angkara murka disaat seseorang mencari jalan kemenangan. Bahkan tak memperdulikan tentang sebuah Nilai-nilai agama terus mereka terjang, tentu dengan tujuan atas nama kekuasaan yang menjadi sebuah akhir perjuangan.

Manusia tak jarang mempunyai hasrat terpendam dalam mencari sebuah kekuasaan. Sehingga terkadang atas nama kekuasaan yang telah menghinggapi dalam watak manusia, mereka tak memperdulikan saudara seiman atau bukan, untuk terus mereka terjang dengan tujuan memuluskan sebuah jalan menuju singgasana kekuasaan.

Memang kekuasaan sudah menjadi raja kehidupan dalam benak seseorang yang tenggelam akan haus hasrat berkuasa. Sehingga seorang insan manusia sebagian ada yang mempunyai hasrat berkuasa begitu keras, untuk mendapatkan sebuah singgasana kekuasaan. Karena kekuasaan sudah menjadi hasrat paling indah dalam benak insan yang terlena atas nama kenikmatan sesaat.

Kekuasaan dialam semesta sudah tidak menjadi barang baru dalam kehidupan bagi hasrat nafsu manusia, untuk mencapai kekuasaan sejati. Sehingga untuk mendapatkan kekuasaan dengan segala cara akan ditempuh, walau berat dan begitu besar halangan dalam mencapai sebuah singgasana kekuasaan.

Manusia dalam menggapai kekuasaan sudah semestinya tidak melalaikan sebuah Nilai-nilai agama. Karena agama sudah mengajarkan tentang suri tauladan dalam menjalankan sebuah pekerjaan dengan amanah dan jujur disetiap detak perjalanan hidup, agar manusia terarah dalam menggapai sebuah kekuasaan secara tepat dalam melakukan sebuah kinerja tentang tata cara kehidupan.

Melalaikan agama dalam menjalankan sebuah roda kekuasaan, tentu sebuah realita yang harus dihindarkan, apabila menginginkan sebuah kebenaran secara haqiqi dalam hidup, untuk mencapai kemaslahatan secara universal dalam perjalanan hidup manusia.

Kekuasaan merupakan sebuah amanah besar yang harus diemban bagi para pemegang tampuk roda pemerintahan, agar dalam menggapai sebuah kebijakan dapat menemukan titik kebenaran.

Nah! berangkat dari sinilah sudah seharusnya para pemegang kekuasaan memberikan sebuah amanah tentang keadilan dan kesejahteraan dalam memberikan sebuah pembelajaran tentang makna kekuasaan sejati dalam naungan sang maha pencipta segala.

Penguasa melalaikan ajaran agama, berarti sebuah kekuasaan dengan nilai semu belaka. Karena yang ada hanya sebatas mencari pembenaran diri, tanpa melihat kebenaran sesungguhnya dalam kehidupan.

Belajar agama dengan cara mengamalkan ditengah-tengah masyarakat secara luas, untuk mencapai sebuah jalan kehidupan secara damai dan sesuai dengan Nilai-nilai ajaran agama secara tepat.

Berangkat dari tulisan diatas sudah semestinya, agama diletakkan dalam dada setiap para insan yang memegang tampuk kekuasaan, agar dapat mencapai kemaslahatan secara utuh ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Dan semoga Allah SWT memberi sebuah jalan terbaik buat kita semua, Amiin.........

Monday 16 May 2016

Menguak "Perang Sekte" Islam


By: Khoirul Taqwim

Ketika melihat darah mengalir dalam memperjuangkan keyakinan terasa indah dalam sebuah bentuk mempertahankan gagasan yang menjadi pegangan hidup, tetapi kalau keyakinan harus menimbulkan korban jiwa, tentu membuat sebuah keprihatinan atas tragedi kemanusiaan.

Setiap agama tak lepas dari sebuah bentuk perang sekte, baik melalui perang damai maupun perang melalui jalur kekerasan. Sungguh memperihatinkan, apabila perang sekte tidak dapat ditempuh dengan jalur musyawarah, untuk mencari sebuah mufakat secara bersama. Karena kalau perang sekte tidak dapat dilalui melalui jalur musyawarah, tentu yang terjadi perang senjata tak dapat dipungkiri ditengah-tengah saling ngotot dalam mempertahankan sebuah keyakinan.

Perbedaan adalah rahmat, baik perbedaan keyakinan maupun perbedaan sekte, tetapi kalau perbedaan keyakinan maupun sekte tak dapat dicari titik terang dalam mengambil sebuah mufakat bersama, untuk menjalin saling menghargai antar satu sama lainnya. Maka berangkat dari sinilah perang sekte dengan menempuh jalur kekerasan tak dapat dihindarkan ditengah-tengah realita kehidupan.

Ironis!, kata kunci menanggapi perang sekte didalam tubuh keyakinan dalam beragama, apabila mengedepankan kekerasan dalam mengambil sebuah sikap maupun keputusan, tentu yang terjadi bentrok antar sekte tak dapat dihindarkan, bahkan harta dan nyawa menjadi pertaruhan dalam perang sekte.

Sejarah mencatat perang sekte dalam tubuh Islam pernah terjadi saat pertarungan tiga sekte dalam mempertahankan sebuah ideologi keyakinan. Sehingga yang terjadi tarik ulur dan ingin memenangkan dalam pertarungan keyakinan yang memakan banyak korban, baik nyawa maupun harta tak dapat terhindarkan ditengah-tengah perang sekte.

Perang sekte dalam tubuh agama Islam pernah terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, dengan tiga sekte besar yang ikut andil perang antar sekte, yaitu: Syi'ah, Khawarij, Murji'ah. Sehingga dengan tiga sekte besar tersebut, telah menimbulkan terjadinya sebuah musibah perang antar sekte pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, bahkan membuat dunia ke-Islaman terjebak dalam perang saudara dalam mempertahankan sebuah keyakinan sekte yang dianggap benar didada penganutnya.

Memang perang sekte pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib merupakan cikal bakal lebih banyak lagi tumbuh-kembangnya berbagai sekte ke-Islaman, untuk mengajarkan sebuah keyakinan didada para penganutnya dalam mempertahankan sebuah ideologi keyakinan.

Dari perang sekte pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib dapat diambil hikmah besar, bahwa perang dengan jalan kekerasan bukanlah jalan yang arif dan bijaksana dalam mengambil sebuah sikap menghadapi sebuah perbedaan, tetapi jalur musyawarah harus dikedepankan, untuk mencari titik terang dalam menghadapi segala perbedaan. 

Konflik antar sekte sudah semestinya diambil dengan jalan musyawarah, tetapi kalau jalan musyawarah mengalami stagnasi. Maka tidak dapat dipungkiri jalan kekerasan dalam menghadapi perbedaan keyakinan didalam tubuh berbagai sekte tidak dapat dihindarkan. Sehingga yang terjadi pertumpahan darah atas nama keyakinan sekte akan terulang dari masa-kemasa, bahkan sampai masa sekarang perang sekte dalam tubuh Islam akan terus terjadi ditengah-tengah realita kehidupan, kalau dalam menghadapi perbedaan sekte diselesaikan dengan jalur kekerasan.

Menghadapi perbedaan didalam tubuh berbagai sekte keagamaan, sudah seharusnya mengedepankan musyawarah, untuk mencapai kata mufakat, bukan dengan jalan kekerasan dalam mengambil sebuah keputusan, agar tumpah darah dapat terhindarkan seminimal mungkin.

Slogan perbedaan adalah rahmat, apabila kita mampu berpegang teguh pada falsafah "tepa selira", tetapi kalau kita hanya mengandalkan kebebasan semu belaka dalam berpendapat. Maka perbedaan tidak lagi menjadi rahmat, namun perbedaan menjadi sebuah azab yang sangat miris dalam realita kehidupan masyarakat pada umumnya.

Semoga Allah SWT menjadikan perbedaan keyakinan antar umat manusia menjadi indah dan berkah ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat, Amiin.....