Saturday, 19 January 2013

Jakarta Tenggelam, Kalimantan Cocok Jadi Ibu kota Negara





Kalimantan merupakan daerah kaya raya dengan berbagai sumber daya alam yang berlimpah, dan keberadaan Kalimantan terletak di utara pulau Jawa. Sehingga Kalimantan sangat cocok sebagai ibu kota negara di Republik Indonesia. Karena semua tak lepas dari permasalahan Jakarta sebagai pusat ibu kota negara, tak jarang mengalami permasalahan banjir yang tak berkesudahan. Bahkan banjir di Jakarta diprediksi dapat menenggelamkan Jakarta secara mengerikan. Maka melihat permasalahan Jakarta hingga saat ini, tidak dapat dibiarkan begitu saja, apalagi permasalahan Jakarta sampai mengganggu jalannya roda pemerintahan, tentu dapat merugikan laju perkembangan di berbagai aspek realita kehidupan berbangsa dan bernegara.

Keberadaan pulau Kalimantan begitu strategis dijadikan Ibu Kota negara, apabila dibandingkan dari ibu kota Jakarta saat ini. Karena semua tak lepas dari permasalahan Jakarta yang semakin hari menampakkan kerusakan dan mengakibatkan kekacauan yang semakin tak terbendung, baik mulai dari kemacetan akut, kepadatan penduduk, pembangunan yang tak terencana, bahkan hingga banjir yang tak jarang menenggelamkan ibu kota Jakarta.

Melihat dari permasalahan Jakarta yang begitu kompleks, maka tidak ada kata yang tepat, selain secepat mungkin ibu kota negara dari Jakarta, untuk dipindahkan menuju pulau Kalimantan. Mengingat pulau Kalimantan begitu asri, nyaman, dan jauh dari bencana, apabila dibandingkan ibu kota Jakarta saat ini.

Kesemrawutan Jakarta yang semakin parah menjadikan sebagai pendorong kuat, untuk melakukan pemindahan ibu kota negara menuju pulau Kalimantan, supaya pemerataan pembangunan dari daerah menuju daerah lainnya dapat tercapai dengan cepat, dan tentunya tidak mengalami sebuah sentralistis di dalam pembangunan, apalagi mengingat konsep pembangunan kota Jakarta bentukan dari bangsa Belanda, maka dari sinilah sudah saatnya bangsa Indonesia dapat membangun sebuah konsep sendiri di dalam merencanakan pembangunan sebuah ibu kota negara yang lebih baik dan cerdas.

Melihat dari situasi dan kondisi Jakarta sebagai ibu kota negara saat ini, terlihat semakin tenggelam di berbagai permasalahan yang begitu besar, tentu sudah tidak dapat di tolerir lagi, maka untuk itulah secepat mungkin pemerintah mengambil kebijakan dengan arif dan bijaksana, supaya melakukan tindakan pemindahan ibu kota negara dari Jakarta menuju pulau Kalimantan, apalagi melihat istana negara sebagai tempat Presiden didalam menjalankan tugas, ternyata juga ikut tenggelam. Berangkat dari sinilah, sudah tidak ada alasan lagi bagi pemerintahan bangsa Indonesia, untuk tetap mempertahankan Jakarta sebagai pusat ibu kota negara saat ini.

Pemindahan DKI Jakarta sebagai pusat ibu kota negara menuju pulau Kalimantan. Pemerintah sebagai pemegang tampuk  kekuasaan, tentu tidak perlu mengkhawatirkan secara berlebihan tentang pemindahan tersebut. Mengingat sudah ada sekitar 19 negara lainnya, telah terlebih dahulu memindahkan ibu kotanya, bahkan termasuk Amerika dan Australia tercatat juga sebagai negara yang telah memindahkan ibu kotanya.

Menunjuk pulau Kalimantan sebagai pusat ibu kota negara, berarti sama dengan bangsa Indonesia telah berani melangkah kedepan dengan mengambil sebuah kebijakan besar, untuk membangun sebuah bangsa yang lebih baik dan bermartabat. Maka berangkat dari sinilah daerah yang cocok di Kalimantan, untuk dijadikan sebagai pusat ibu kota negara adalah: Palangkaraya, Balik Papan, Kutai Kartanegara dan Samarinda. Dari ke empat kota inilah wajah  Republik Indonesia akan semakin dapat dikenal sebagai bangsa yang kuat dan handal, baik di tingkat regional maupun di tingkat Internasional.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan nikmat kepada kita semua, supaya kita semua dapat menjadi umat yang beriman di sepanjang jalan kehidupan, Amin......

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........

Media Fundamentalis Vs Media Sekuler





Perang media sudah terjadi sejak dahulu kala, apalagi media sangat urgen didalam membawa arus sebuah perubahan. Bahkan tak jarang media menjadi sebuah kepentingan sesaat, untuk mencapai  sebuah tujuan dan hasrat bagi seorang politisi, supaya dapat menuju singgasana kursi kekuasaan dengan tepat sasaran.

Keberadaan media sering menjadi sebuah acuan tentang berbagai informasi maupun komunikasi di saat melihat berbagai permasalahan di tengah-tengah realita kehidupan masyarakat luas. Sehingga peran media sangat urgen di dalam membangun sebuah opini, baik dari isi sebuah berita atau hanya sebatas penyedap peristiwa kejadian, supaya dapat sejalan dengan sebuah tujuan dan kepentingan dari permintaan sang penguasa media.

Media tak jarang menjadi alat kekuasaan membangun berbagai opini, untuk memberikan sebuah informasi yang sesuai dengan keinginan para penguasa, tetapi juga tak jarang ada sebagian media yang malah berseberangan dengan kepentingan sang penguasa. Dari sinilah media terjadi keberagaman wajah yang dapat mengakibatkan perang media antara penguasa dengan pihak oposisi sang penguasa.

Peran media tidak dapat dianggap sebelah mata, apalagi media sebagai pintu gerbang informasi maupun komunikasi bagi khalayak umum. Maka tak heran ada sebuah istilah: "siapa yang menguasai media, berarti dia yang menguasai dunia". Berangkat dari sinilah peran media begitu pentingnya didalam dunia kekuasaan, apalagi kekuasaan yang melibatkan saat pemilihan nomor satu di tingkat daerah atau di tingkat nasional.

Kekuasaan sangat dekat dengan berbagai media, kalau kekuasaan sampai meninggalkan sebuah media, berarti sama dengan kekuasaan mengalami kelemahan didalam mewujudkan sebuah kekuasaan yang lebih besar lagi. Sehingga tak jarang masyarakat dipertontonkan dengan berbagai paradigma pemikiran seorang politisi ulung, baik disaat mencalonkan sebagai pemimpin atau sesudah mencalonkan sebagai pemimpin, ternyata semua tak lepas dari obral janji di berbagai media, entah janjinya dapat ditepati atau tidak, tetapi seorang politisi selalu menebar sebuah janji, untuk memberikan bentuk suntikan moral kepada masyarakat luas, supaya masyarakat mau memilih seorang politisi tersebut, baik menjadi pemimpin daerah atau menjadi pemimpin di pusat kota.

Keberadaan kekuasaan tak jarang menyelinap di berbagai media, bahkan tak jarang seorang politisi membuat serangkaian berita di berbagai media penuh dengan kebohongan dan dusta, tentu tak lepas dari sebuah tujuan, untuk memberikan sebuah pandangan masyarakat terhadap suatu kejadian, supaya sesuai dengan olah kepentingan seorang politisi tersebut.

Ironisnya!, ketika ada sebuah peristiwa, terkadang sebuah media didalam memberitakan suatu kejadian, ternyata terjadi sebuah perbedaan yang mendasar antar sebuah media. Inilah contohnya: "seorang teroris di Poso melawan saat mau ditangkap densus 88, Sehingga terjadi sebuah baku tembak, dan akhirnya seorang teroris meninggal dunia". Dari sinilah media yang telah memberitakan dengan kronologis diatas, dituding sebagai bentuk media sekuler di saat memberitakan sebuah kejadian tentang teroris, baik di Poso atau dimanapun berada lebih cenderung menyudutkan para kaum teroris.

Sedangkan pemberitaan dari media lain, ternyata menyebutkan tentang sebuah peristiwa di Poso dengan tulisan lain, tulisan tersebut berbunyi: "seorang Mujahid di Poso ditembak mati oleh densus 88, padahal seorang Mujahid tidak melakukan perlawanan". Dari sinilah media yang dianggap fundamentalis mengabarkan sebuah peristiwa penembakan di poso, lebih cenderung membela para Mujahid dibanding membela densus 88.

Berangkat dari tulisan diatas dapat di ambil sebuah kesimpulan sederhana, bahwa media sekuler memberikan nama pada korban penembakan dengan nama teroris, tetapi media fundamentalis memberikan nama pada korban penembakan dengan sebutan nama Mujahid. Dari dua nama yang berbeda antara teroris dengan Mujahid dapat diambil sebuah makna, kalau media sekuler membela sang penembak densus 88, sedangkan media fundamentalis membela seorang korban yang ditembak, baik secara langsung atau tidak langsung didalam pembelaan dari sebuah media.

Media fundamentalis Vs media sekuler merupakan sebuah realita kehidupan media yang penuh dengan intrik dan tekanan, tentu tak lepas dari pemilik dan juga kepentingan dari media di dalam membuat sebuah pemberitaan, baik didalam bentuk informasi maupun komunikasi.

Keberadaan perang media antara media fundamentalis dengan media sekuler dapat di ibaratkan: "perang dunia ketiga", tetapi lebih jauh lagi, bahwa perang media hanya sebatas bentuk perang informasi dan komunikasi semata. Maka sudah saatnya masyarakat dapat memilah antara berita yang benar dengan berita yang hoax, supaya masyarakat mengerti dan memahami, bahwa pemberitaan di dalam bentuk informasi maupun komunikasi di berbagai media tak lepas dari apa dan siapa yang bermain, baik dibalik layar maupun didepan layar.

Semoga Allah SWT memberikan petunjuk hati dan pikiran kepada kami, untuk mencerna berbagai informasi maupun komunikasi, supaya kami tidak tersesat di dalam bentuk sebuah kabar berita yang terjadi di tengah-tengah realita kehidupan masyarakat secara universal, Amin.......

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........

Gairah Politik 2014



Atmosfer politik 2014 sudah dapat dirasakan mulai saat ini, padahal pertarungan masih setahun yang akan datang, tetapi suhu politik sudah mulai memanas di berbagai wilayah Nusantara dari Sabang sampai Merauke. Mengingat 2014 menjadi puncak dari sebuah pertarungan politik dengan berusaha merebut sebuah kursi singgasana RI 1, RI 2, dan legislatif. Sehingga nampak pertarungan 2014 begitu kentara dengan berbagai intrik maupun kritik di berbagai media, untuk membangun sebuah opini maupun pencitraan sebaik mungkin, supaya keberhasilan dapat tercapai dari pola pikir seorang politisi.

Peran media sangat urgen di dalam menentukan sebuah langkah pertarungan menyongsong 2014, apalagi media mempunyai cakupan besar di berbagai wilayah Nusantara. Sehingga siapa yang dapat menguasai media, berarti sama dengan dia mempunyai peluang besar di kancah politik 2014.

Gairah politik 2014 semakin menguat di berbagai wilayah Nusantara, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Sehingga seorang politisi dituntut bertindak, untuk terus berusaha semaksimal mungkin mencapai hasil yang maksimal, supaya di tahun 2014 dapat mencapai target didalam mencapai kursi singgasana kekuasaan.

Tahta sudah tidak asing lagi menjadi magnet tersendiri bagi kehidupan seorang politisi. Maka di tahun 2014 merupakan sebuah waktu yang tepat, untuk meraih sebuah karir yang mencerahkan, supaya dapat duduk di jajaran kursi RI 1, RI 2, dan legislatif. Sehingga seorang politisi di tuntut berusaha sekeras mungkin, untuk menyusun berbagai bentuk strategi jitu di dalam mewujudkan sebuah hasil secara maksimal, supaya  dapat menggapai kursi singgasana tertinggi di Republik Indonesia.

Pertarungan politik 2014 merupakan substansi di dalam meraih sebuah kursi singgasana, apabila di tahun 2014 gagal di dalam memainkan sebuah permainan berpolitik, berarti sama dengan kegagalan dari seorang politisi, untuk melangkah menuju karir yang lebih mencerahkan di dalam mewujudkan sebuah hasil secara baik, supaya dapat mencapai politik yang menjadi cita-cita seorang politisi.

Panasnya gairah politik 2014 menjadikan sebuah sumbu pertarungan yang dapat mengakibatkan sebuah tindakan destruktif, baik dari sejumlah pendapat antara yang pro maupun yang kontra di dalam membaca sebuah peta berpolitik, tetapi sumbu pertarungan dapat menghasilkan gairah politik yang positif, apabila dapat dikelola dengan baik dan cerdas, namun kalau sumbu politik tidak dapat dikelola dengan baik dan tepat sasaran, maka secara langsung atau tidak langsung dapat mengakibatkan sebuah situasi politik yang kacau balau, bahkan dapat mengakibatkan sebuah situasi yang jauh dari rasa nyaman ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat setempat.

Dengan gairah berpolitik yang terus memanas, baik kondisi maupun situasinya, mulai dari permasalahan yang sederhana sampai yang sulit dicerna oleh akal, membuat pertarungan politik 2014 semakin sengit di berbagai media. Sehingga media dijadikan alat pertarungan yang sangat strategis, untuk menyusun sebuah langkah bertarung di dalam memainkan sebuah permainan politik yang cerdas, supaya keberhasilan di dalam meraih kursi kekuasaan dapat dicapainya.

Berangkat dari gairah politik 2014, telah mempengaruhi berbagai aspek realita kehidupan masyarakat, baik dari aspek sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, dan berbagai aspek lainnya. Mengingat politik sebagai panglima kekuasaan di dalam sebuah realita kehidupan, berarti sama dengan politik salah satu penentu maju atau mundurnya sebuah realita kehidupan berbangsa dan bernegara.

Keberadaan gairah politik 2014 diharapkan dapat menjadi salah satu pemicu menuju sebuah kondisi berpolitik yang lebih baik, untuk berbenah diri di dalam menggapai sebuah keberhasilan secara maksimal, supaya politik 2014 dapat menjadi sebuah bentuk kemaslahatan di tengah-tengah realita kehidupan masyarakat secara universal.

Semoga Allah SWT menjadikan politik 2014, untuk menuju sebuah bangunan politik bangsa Indonesia yang lebih mencerdaskan dan jauh dari segala bentuk penyimpangan berpolitik, supaya bangsa Indonesia kedepan dapat lebih bermartabat di tingkat regional maupun Internasional, Amin.....

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........

Mulut Seorang Hakim




Menjaga sopan santun di dalam berbicara di depan umum sangat penting sebagai bentuk membangun jati diri atas nama sebagai manusia, apalagi setingkat hakim saat berbicara di berbagai pertemuan formal maupun non formal, tentu sangat urgen di dalam menjaga sikap dan mulut saat mengeluarkan sebuah ucapan sepatah kata  atau dua patah kata. 

Keberadaan hakim mempunyai tanggung jawab besar terhadap berbagai permasalahan yang di hadapi, baik di saat sidang maupun di luar sidang. Karena itulah seorang hakim mempunyai tanggung jawab penuh di dalam memutuskan berbagai perkara di peradilan, apabila kondisi seorang hakim tidak mampu menjaga mulut dengan baik dan benar, berarti sama dengan kerusakan di sebuah lembaga peradilan benar-benar, telah terjadi di tengah-tengah realita kehidupan berbangsa dan bernegara.

Seorang hakim mempunyai kewenangan, untuk memutuskan berbagai perkara di lembaga peradilan. Sehingga di saat hakim tidak mampu mengendalikan sebuah ucapan mulut dengan baik, berarti sama dengan seorang hakim terjebak di dalam lingkaran dilema peradilan yang sangat menakutkan. Karena semua tak lepas dari tanggung jawab seorang hakim di berbagai perkara peradilan ada di pundaknya.

Menjaga mulut sangat penting bagi seorang hakim di dalam berbagai aspek kehidupan, apalagi saat di persidangan dalam menentukan sebuah keputusan, tetapi kalau hakim tidak mampu menjaga mulut dengan baik dan benar, tentu akan terjadi sebuah kondisi yang sangat mengkhawatirkan bagi seorang hakim di saat melakukan aksi mengambil sebuah keputusan, karena keputusannya akan cenderung tidak dapat secara adil di dalam memutuskan sebuah perkara di lembaga peradilan. Maka seorang hakim sudah selayaknya menjaga mulut dengan baik dan benar dimanapun berada. Karena tanggung jawab hakim begitu besar di dalam mengemban sebuah amanah, untuk mewujudkan sebuah keadilan di tengah-tengah realita kehidupan masyarakat secara universal.

Keberadaan hakim menjadi bumerang di saat melontarkan sebuah argumen yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. seperti: di saat di tanya tentang kasus pemerkosaan, tetapi malah dijawab oleh seorang hakim, bahwa kasus pemerkosaan pelaku dan korban sama-sama menikmati. Dari jawaban inilah seorang hakim tidak mencerminkan etika sebagai penegak hukum, padahal hakim sebagai penegak hukum sudah seharusnya menjaga perasaan si korban, tetapi bukan malah menghakimi si korban pemerkosaan.

Dengan adanya pernyataan yang keluar dari mulut hakim dengan berbau kontroversi di atas, ternyata mengakibatkan dedikasi seorang hakim turun secara drastis sebagai seorang penegak hukum. Maka sudah seharusnya hakim yang melanggar etika sebagai penegak hukum, sudah sepatutnya diberi peringatan, teguran, bahkan sangsi yang tegas di saat melakukan ucapan keji terhadap si korban tindak kejahatan.

Mulut seorang hakim sudah seharusnya dijaga sesuai dengan etika di dalam tatanan dan nilai-nilai sopan santun. Sehingga ucapan seorang hakim tidak melantur dari substansi sebuah permasalahan tentang sebuah permasalahan hukum. Maka tidak ada kata lain, khususnya bagi seorang hakim, untuk selalu melakukan perbaikan kinerja dan menjaga mulut, supaya dapat mencapai harapan di dalam menuju bentuk sebuah keadilan bagi seluruh masyarakat secara universal.

Semoga Allah SWT menjaga mulut kita dari godaan setan yang terkutuk, supaya kita dapat menjadi mulut dengan baik dan benar, Amiin.... 

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........