Saturday, 25 July 2015
Papua Berdarah: Salah Apa Masjid Kami Di Bakar?...
By: Gus Wim
Saat pelaksanaan sholat Idul Fitri pada hari Jumat tanggal 17 Juli Tahun 2015, tragedi kemanusiaan pecah dengan terjadinya pembakaran kios dan Masjid di Tolikara, Papua. Bahkan jumlah korban berjatuhan dengan darah dan nyawa hilang membuat suasana mencekam disaat hari yang seharusnya penuh kebahagiaan bagi umat Islam, tetapi dalam hitungan detik suasana berubah menjadi air mata dan darah.
Kejadian pembakaran Masjid di Tolikara, Papua membuat umat Islam di dunia, khususnya umat Islam di Nusantara terhenyak dan diam sejenak, untuk merenungkan peristiwa yang terjadi atas pembakaran masjid yang dilakukan oleh para tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab, tentunya membuat hati nurani umat Islam miris dan berduka atas tragedi pembakaran masjid dan jatuhnya korban atas tragedi pembakaran masjid di Tolikara, Papua.
Kerukunan yang digaungkan dengan istilah: "Bhinneka Tunggal Ika" sejenak terkoyak oleh segilintir oknum (Kristen Anti Toleransi) dengan melakukan pembubaran Sholat Idul Fitri dan pembakaran Masjid di Tolikara, Papua. Sehingga membuat umat Islam tergerak hatinya dan mendo'akan para korban atas tragedi pembakaran masjid yang jauh dari sifat toleransi antar umat beragama.
Dengan kejadian pembakaran masjid di Papua dan atas korban berdarah di Papua membuat hati bertanya, Salah apa masjid kami (tempat ibadah umat Islam) di bakar?.... Sungguh pertanyaan ini dari hati yang dalam, begitu kejinya para pembakar tempat ibadah umat Islam di tanah Papua tercinta.
Atas kejadian pembakaran masjid di Papua membuat kerukunan antar umat beragama diambang kehancuran. Sehingga kalau tidak dapat ditangani dengan cepat oleh para tokoh lintas agama dan para aparatur negara, tentunya kejadian di Tolikara, Papua dapat melebar kedaerah-daerah lainnya.
Papua berdarah dengan kejadian pembakaran masjid dan pembubaran para jama'ah Sholat Idul Fitri membuat hati dan pikiran umat manusia, khususnya umat Islam tercabik-cabik hatinya atas tragedi kemanusiaan dan atas runtuhnya kebebasan dalam beragama yang telah diatur dalam tatanan hak azazi manusia. Maka untuk itulah tindakan pembakaran masjid di Tolikara, Papua sudah seharusnya ditindak tegas bagi para pembakar masjid tempat beribadah tersebut.
Salah apa masjid kami dibakar? pertanyaan ini selalu menggelitik hati nurani bagi yang mau berpikir atas tragedi kebebasan dalam menjalankan ibadah dan atas tragedi kemanusiaan di tanah Tolikara, Papua.
Semoga sang maha kuasa memberikan ketabahan bagi para korban pembakaran masjid di Tolikara,Papua. Amin..................
Meluruskan Mushaf Al-Qur'an
By: Khoirul Taqwim
Keberadaan mushaf Al-Qur'an atau shuhuf berasal dari bahasa Arab Selatan kuno, tetapi didalam perjalanannya sejarah mencatat, bahwa dikatakan mushaf Al-Qur'an itu tidak lepas dari mushaf Utsmani atau Mushaf al-Imam, padahal mushaf Al-Qur'an tidak hanya mushaf Ustmani, tetapi ada mushaf Al-Qur'an lainnya, diantaranya: Mushaf Ali bin Abi Thalib, Mushaf Ibn Mas’ud, dan Mushaf Ubay ibn Ka’ab.
Keberagaman dari berbagai mushaf Al-Qur'an yang ada berarti ajaran Islam mempunyai kekayaan yang sungguh menakjubkan, untuk dikaji maupun untuk digali lebih dalam lagi tentang ajaran agama Islam.
Mushaf Al-Qur'an tidak sedikit orang yang menyamakan dengan wahyu Ilahi, padahal mushaf Al-Qur'an merupakan sebuah tulisan yang berusaha membukukan wahyu Ilahi melalui dunia tulis menulis.
Keberadaan wahyu Ilahi merupakan sebuah kehendak agung dari Allah SWT untuk Nabi Muhammad SAW, sedangkan mushaf Al-Qur'an merupakan sebuah susunan bahasa yang berusaha menulis tentang wahyu Ilahi.
Keberadaan wahyu Ilahi merupakan sebuah kehendak agung dari Allah SWT untuk Nabi Muhammad SAW, sedangkan mushaf Al-Qur'an merupakan sebuah susunan bahasa yang berusaha menulis tentang wahyu Ilahi.
Meluruskan Mushaf Al-Qur'an merupakan sebuah keniscayaan, untuk menjadi penerang bagi umat Islam, supaya umat Islam dapat membedakan antara wahyu Ilahi dengan mushaf Al-Qur'an. Karena tidak sedikit yang menganggap, bahwa wahyu Ilahi sama dengan mushaf Al-Qur'an, padahal keduanya sangat berbeda, apabila kalau kita mencermati secara hati-hati dan jernih dalam mengungkap kedua hal tersebut.
Mencari kebenaran tentang wahyu Ilahi membutuhkan sebuah instrumen dan logika yang jelas. Mengingat wahyu Ilahi bersumber dari sang maha pencipta segala, sedangkan mushaf Al-Qur'an sebuah tindakan insan manusia yang berupaya menulis sebuah wahyu Ilahi dari perjalanan Nabi Muhammad SAW dengan membedakan antara firman dan sabda.
Kebenaran wahyu Ilahi sudah tidak diragukan lagi, tetapi kalau wahyu Ilahi sudah di konvers menjadi mushaf Al-Qur'an, berarti sama dengan wahyu Ilahi sudah dijadikan alat untuk menjadi bahan pengetahuan bagi umat Islam secara universal
Dengan meluruskan mushaf Al-Qur'an dapat menjadikan sebuah pemahaman bagi umat Islam, bahwa mushaf Al-Qur'an berjumlah tidak hanya satu saja, tetapi mushaf Al-Qur'an lebih dari satu. Sedangkan wahyu Ilahi berupa Al-Qur'an diturunkan untuk nabi Muhammad SAW, melalui malaikat Jibril. Sedangkan keberadaan mushaf Al-Qur'an berupaya menjelaskan tentang wahyu Ilahi melalui dunia tulis menulis dimasa saat itu, hingga dimasa saat ini.
Semoga Allah SWT memberikan pencerahan Ilmu kepada kami semua, Amin........
Subscribe to:
Posts (Atom)
Copyright BATIK 1. Blogger Templates created by Deluxe Templates. SEO by: Templates Block
WordPress by Newwpthemes