Tuesday, 21 July 2015

Budaya Lebaran (hari raya Idul fitri)


by: Khoirul Taqwim

Sebentar lagi masyarakat akan di hadapakan lebaran atau disebut dengan hari raya idul fitri, dari peristiwa ini tentunya ada sebagian masyarakat yang sibuk berangkat mudik (pulang kampung), dari perantauan kota pulang kepelosok desa atau lebih tepatnya pulang ketanah kelahirannya, peristiwa ini merupakan budaya masyarakat yang menjadi trend tahunan, sehingga wajar di hari idul fitri ini semakin naik kebutuhan hidup masyarakat, karena budaya lebaran membentuk konsumerisme yang tinggi dalam kehidupan masyarakat desa maupun kota.

Sebelum lebih jauh lagi mengenai budaya lebaran coba pahami terlebih dahulu tentang pengertian hari raya idul fitri, kalau bahasa trend dalam kehidupan masyarakat tradisionalis adalah lebaran, sebenarnya hari raya idul fitri ini merupakan peristiwa tahunan yang tak dapat dipungkiri keberadaannya dan seluruh umat Islam di dunia ini akan segera merayakan hari raya idul fitri yang biasa dianggap hari kemenangan. dilihat dari sisi etimologis Idul fitri berasal dari kata ‘id yang dalam bahasa Arab bermakna `kembali’, dari asal kata ini menunjukkan bahwa Hari Raya Idul Fitri ini selalu berulang dan kembali datang setiap tahun. sehingga hari raya Idulf fitri itu mempunyai makna kembali kepada fitrah (kesucian),

Hari raya idul fitri merupakan sesuatu yang bersifat kebiasaan (akan terulang dari tahun ketahun) dan perayaan lebaran jatuh pada tanggal 1 Syawal yang selalu dirayakan seluruh umat Islam di dunia, pada waktu kecil saya sering melihat budaya lebaran (idul fitri) yang paling menarik adalah budaya silaturahmi antar keluarga, tetangga dan teman, tetapi saat ini ada pergeseran budaya yang sebagian masyarakat, khususnya anak muda di waktu kebaran menghabiskan di tempat pariwisata atau bentuk hiburan lainnya, inilah suatu pergeseran budaya dalam kehidupan masyarakat dalam menyambut hari raya idul fitri.

Budaya yang menjadi kebiasaan di tengah-tengah kehidupan masyarakat di hari lebaran yaitu kebiasaan hal yang baru, dari situ membentuk budaya konsumerisme tinggi dalam kehidupan masyarakat, sehingga kita sering melihat masyarakat berbondong-bondong beli baju baru, kerudung baru, celana baru atau bentuk yang sejenisnya yang bersifat baru, peristiwa ini merupakan kebiasaan yang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat, sehingga dapat dipastikan para pedagang banyak meraup untung di hari menjelang lebaran ini,

Budaya lebaran adalah pembaharuan atau bisa di sebut kembali kepada kesucian, sehingga di manfaatkan sebagian masyarakat untuk membeli sesuatu yang baru berupa materi yang di anggap perlu untuk menyambut lebaran, bahkan bagi masyarakat jawa dalam menyambut tamu dengan memberikan makanan ringan (jajanan) yang tersedia di kotak-kotak yang ada di ruang tamu dan juga memberikan minuman tea, kopi, sirup atau minuman yang lainnya, sebagai bentuk penyambutan tamu di waktu lebaran dalam budaya masyarakat setempat.

Berbicara tentang lebaran tentunya sesuatu yang punya karakter dan punya nilai lebih dalam hubungan sesama di banding hari-hari yang lain, karena di hari lebaran kita punya budaya saling mema'afkan satu sama lain, sebagai bentuk kebersamaan menuju penyucian diri setelah berpuasa selama bulan ramadhan. Ingat lebaran tentunya ingat kampung halaman bagi para perantau, jadi bersiap-siaplah pulang dengan energi secukupnya dan kebutuhan yang diperlukan untuk menyambut hari raya Idul fitri, dan yang pastinya jalan-jalan di waktu lebaran begitu ramai di penuhi para pemudik dan jangan lupa siapkan uang receh sebab biasanya kalau di kampung para pemudik yang pulang dari kerja akan memberikan uang receh itu untuk anak-anak kecil sebagai uang jajan dan sebagai bentuk hadiah tahunan di hari lebaran yang penuh istimewa bagi yang merasakan indahnya hari lebaran.

Berangkat dari tulisan di atas semoga saja budaya lebaran yang membentuk budaya baru materi fisik, dapat merambah membentuk jiwa kita yang baru, agar lebih baik lagi di banding sebelumnya, dan semoga kita juga dapat memperbarui pikiran yang lebih cerdas dalam menganalisa setiap menjawab persoalan kehidupan. Dan Allah penguasa segala sesuatu, pengatur segala ciptaan, tiada Tuhan selain Dia.