Friday, 3 June 2016

Membedah Paradigma Barat, Membangun Paradigma Islam


By: Khoirul Taqwim

Paradigma pada dunia pendidikan Indonesia, tak lepas dari pengaruh paradigma barat dalam menjelaskan beragam persoalan tentang kehidupan. Bahkan yang sungguh memprihatinkan banyak pelajar yang taklid buta dengan paradigma barat dengan mengamini, tanpa ada sebuah kritik maupun upaya dalam melakukan sebuah kajian ulang tentang paradigma barat.

Membedah paradigma barat di butuhkan sebuah analisa tentang Pokok-pokok ajaran barat dalam melakukan beragam kajian. paradigma barat cenderung mengarah tentang masalah logika, padahal logika yang di bangun paradigma barat hanya mengambil satu kajian dalam makna Sepotong-potong dalam menerjemahkan sebuah persoalan, dan setelah itu mengambil sebuah kesimpulan, tanpa melihat Premis-premis kecil yang lain.

Sedangkan paradigma Islam berupaya membangun pondasi ilmu pengetahuan dengan bentuk sebuah keseimbangan antara teks maupun konteks. Sehingga menghasilkan sebuah pola pikir yang kaffah dan tidak cenderung mengarah pada satu dalil dalam mengambil di setiap persoalan.

Bangsa barat sangat pandai bermain dalam wilayah rasional, untuk mengungkapkan sebuah yang di anggap kebenaran, padahal kebenaran yang di bangun cenderung kebenaran semu dalam menerjemahkan sebuah persoalan, tetapi sangat mengherankan banyak dari kaum pelajar di seluruh dunia yang tergila-gila dengan bangunan paradigma barat dalam mencari sebuah kebenaran.

Memang sangat di akui, bahwa logika dalam pemahaman barat telah di jadikan alat mencari sebuah kebenaran, tetapi logika paradigma barat hanya bertumpu pada kekuatan rasio, padahal permasalahan kehidupan sangat kompleks, tidak hanya sebatas masalah logika, namun jauh dari itu banyak misteri kehidupan yang tidak dapat di ungkap secara rasional. Kalau segala problem di selesaikan dengan kekuatan rasio, tentu akan menghasilkan sebuah kajian yang tidak seimbang dalam menerjemahkan sebuah persoalan.

Bangunan Islam dalam melakukan sebuah rekonstruksi paradigma pemikiran, tak lepas antara teks maupun konteks dalam menerjemahkan dalam sebuah persoalan, agar dalam melakukan sebuah permainan logika tidak mengalami over rasio yang mengakibatkan destruktif dari sisi yang lain.

Wajah paradigma barat cenderung pada satu sisi rasio dalam menerjemahkan sebuah persolan, Misalnya masalah paradigma kapitalisme cenderung satu sisi tentang kebebasan individu, begitu juga marxisme cenderung mengarah kediktatoran sosial. Berangkat dari dua contoh inilah, bahwa paradigma barat terjebak dalam satu sisi analisa dalam kajian, tetapi Islam mengajarkan secara kaffah dalam kehidupan.

Persoalan kehidupan begitu kompleks dalam tatanan sosial, tentu tidak hanya dapat di cari dalam satu sisi, tetapi harus di terjemahkan dalam beragam sisi, agar terjadi sebuah keseimbangan dalam mengkaji sebuah persoalan, dan semua itu di butuhkan sebuah kajian dalam bangunan secara lengkap dalam mengambil sebuah kesimpulan.

Liberal merupakan bagian dari ajaran bangsa barat tentang kebebasan, tetapi liberal dalam pemahaman para penggila gagasan paradigma barat, ternyata cenderung terjebak dalam kebebasan individu dan paling banter kebebasan dalam kelompoknya. Sehingga gagasan liberal yang di bangun barat hanya sebatas pada nilai secara parsial. Sedangkan bangunan dalam paradigma Islam tidak hanya sebatas sebuah pada Nilai-nilai kebebasan individu maupun kebebasan kelompok, tetapi membangun sebuah pondasi tentang Nilai-nilai kemanusiaan, moral, keadilan, kesejahteraan dan masih banyak lagi dalam ulasan tentang kehidupan.

Membedah paradigma barat tak lepas dari sebuah kajian tentang rasio dalam setiap memaparkan sebuah dalil, tetapi Islam berbicara melalui perpaduan antara jiwa dan akal dan di bungkus dalam istilah wahyu, tentu Islam berusaha membangun sebuah tatanan paradigma secara kaffah dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Dari ulasan diatas dapat di ambil sebuah pemahaman, bahwa paradigma barat hanya mengambil satu sisi dalam menerjemahkan tentang sebuah persolan, tetapi Islam mengambil dari berbagai sisi secara kaffah, agar terjadi sebuah corak pandang yang bijaksana dalam mencari sebuah kesimpulan. Dan Allah lebih mengetahui segala Ilmu, Dia menciptakan dan memilih apa saja yang di kehendaki-NYA.