Thursday, 19 November 2015

Dominasi Barat Terhadap Pendidikan Indonesia


By: Khoirul Taqwim

Barat dengan segudang teori mampu melakukan berbagai gebrakan dalam menguasai di segala aspek kehidupan. Bahkan pendidikan sebagai pintu gerbang sebuah peradaban, ternyata barat mampu meletakkan pondasi keilmuan dengan cerdas dalam menata berbagai paradigma klasik sampai ranah kontemporer. Sehingga dominasi paradigma barat tidak sekedar dirasakan di dalam dunia pendidikan Indonesia, tetapi mampu keseluruh wajah pendidikan yang ada di dunia dalam meletakkan pondasi paradigma keilmuan.

Kemajuan paradigma barat telah di tunjukkan sejak abad masa silam, sejak sebelum masehi dengan penemuan berbagai ilmu pengetahuan, Bahkan kita kenal dengan istlah filsafat, logika dan masih banyak lagi ilmu pengetahuan yang di telurkan paradigma barat, tentu dengan modal latar belakang keilmuan yang super canggih dimasanya, bahwa paradigma barat telah mampu melakukan dominasi ilmu pengetahuan di seluruh penjuru dunia, tetapi yang paling parah Indonesia sebagai lubang impor gagasan barat dalam menerapkan berbagai ilmu pengetahuan.

Paradigma berpikir barat memang populer dengan istilah rasional dalam menjawab sebuah persoalan. Namun dalam perjalanan sebuah nilai rasional terkadang berbenturan dengan Nilai-nilai kearifan masyarakat lokal. Sehingga konsep barat terlihat indah dalam makna sebuah gagasan, tetapi dalam realita kehidupan tidak sejalan dengan budaya masyarakat secara luas.

Kalangan cendekiawan dan para pemikir yang berhaluan barat di masa menempuh di dunia pendidikan. Sebagian menganggap, bahwa dengan ilmu barat mampu mengubah segala paradigma Indonesia dengan cerdas, tetapi saat di terapkan dalam kehidupan nyata, ternyata mengalami sebuah benturan antara fakta dan sebuah teori, tentu membuat kaget para pengagum barat, padahal di masa kuliah menganggap gagasan barat merupakan sebuah bentuk kecerdasan dalam membangun sebuah bangsa. Namun dalam praktek di lapangan mengalami sebuah perbedaan yang sangat mencolok. Sehingga antara teks dan konteks mengalami sebuah keterpisahan satu sama lain.

Pendidikan Indonesia sebagai pintu gerbang dalam membangun sumber daya manusia, tetapi fakta di lapangan, ternyata pendidikan Indonesia dalam mengolah pola pikir cenderung mengadopsi ilmu barat. Sehingga kemampuan lulusan dari pendidikan Indonesia mengalami ketidak seimbangan antara teori dan praktek. Mengingat tidak semua gagasan barat harus di ambil dalam kehidupan masyarakat secara luas. Sebab gagasan barat banyak yang bersebarangan dengan sosial, budaya, moral dalam kehidupan masyarakat.

Gagasan barat tentang ilmu pengetahuan sangat dominan dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan masalah moral barat juga meletakkan pondasi dengan istilah HAM maupun humanisme sebagai tolak ukur tentang nilai sebuah bangunan moral, padahal bangunan HAM dan humanisme cenderung mengarah pada Nilai-nilai barat tentang kebebasan individu, tanpa melihat dari aspek lain. Sehingga menghasilkan sebuah hipotesis yang cenderung sepihak dalam meletakkan pondasi kemanusian secara kaffah.

Sebenarnya, kekayaan nusantara tidak kalah dengan bangunan moral barat, seperti falsafah tepa selira tidak hanya sebuah kebebasan individu dalam sebuah penilaian moral. Namun tepa selira menekankan sebuah nilai bangunan tentang keadilan dan juga penyeimbangan antara individu dan sosial dalam meletakkan sebuah gagasan tentang kehidupan, agar terjadi sebuah keseimbangan antara individu dan sosial dalam menerapkan sebuah Nilai-nilai moral.

Eksistensi dominasi barat terhadap pendidikan Indonesia dalam sebuah bangunan ilmu pengetahuan, sering kita kenal dengan istilah liberal dalam membangun sebuah nilai moral, padahal liberal versi barat sangat tidak cocok dengan bangunan moral masyarakat Indonesia. Inilah sebuah realita yang harus di pahami segenap masyarakat yang berkecimpung di dunia pendidikan.

Keberadaan pendidikan Indonesia sebagai pengejawantahan antara nilai individu dan sosial, agar terjadi saling berkesinambungan dalam menjalankan sebuah teori dan praktek di lapangan, tentu semua dibutuhkan paradigma berpikir yang cerdas dalam meggali sebuah nilai khazanah nusantara.

Sudah saatnya, bahwa pendidikan Indonesia berdiri di kaki sendiri dalam membangun sebuah konsep pendidikan yang menekankan dengan sebuah proses menggali dari khazanah nusantara. Sehingga dalam praktek di lapangan para pelajar tidak terjadi sebuah paradigma yang menggantungkan dari gagasan barat.

Melepaskan pendidikan Indonesia dari dominasi barat merupakan sebuah kewajiban dalam merekonstruksi total, agar konsep pendidikan dan isi materi dalam dunia pendidikan Indonesia mampu mencapai sebuah corak pandang dengan masyarakat nusantara. Sebab nilai tentang paradigma barat dengan istilah liberalisme, marxisme, nihilisme, positivisme, materialisme, Darwinisme dan masih banyak gagasan barat bersebarangan dengan pijakan masyarakat Indonesia.

Membangun pendidikan Indonesia di butuhkan sebuah penggalian dari khazanah nusantara, agar dalam melakukan sebuah rekonstruksi pendidikan mampu berjalan seimbang antara konsep dan realita. Bahkan para pelajar Indonesia di tuntut kreatif dan inovatif dengan gagasan keilmuan nusantara, bukan sekedar mengadopsi paradigma barat. Dan Allah memberi petunjuk kepada yang benar, tiada Tuhan selain Dia.