Tuesday, 14 June 2016

Kaum Santri Menggugat


By: Khoirul Taqwim

Kaum santri masa dahulu kala dianggap jauh dari tehnologi, bahkan di indetikkan dengan istilah "kaum gaptek", tetapi dengan perkembangan masa yang kian menggeliat, tudingan miring tentang kaum santri dapat ditepis dengan perlahan-lahan atas kemajuan yang diperolehnya.

Kemajuan kaum santri yang diperoleh selama ini, semua tak lepas dari kerja keras pendidikan pesantren, baik ditingkat pelosok desa maupun sampai ujung pusat kota, bahkan sudah mulai terdapat paradigma pemikiran kaum santri saat menghadapi kondisi era globalisasi yang semakin mengglobal.

Masa globalisasi yang semakin mengglobal ditengah-tengah realita kehidupan, membuat kaum santri berusaha membangun karakter dan kepribadian yang tangguh, untuk menghadapi arus zaman yang semakin tak menentu arah. Karena itu dibutuhkan usaha keras kaum santri dalam menghadapi tantangan zaman, untuk mewujudkan sebuah bangunan antara tehnologi dengan keimanan, agar mampu berpadu satu dalam keutuhan.

Membangun kemandirian kaum santri dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan, semua dibutuhkan sebuah proses yang berani, untuk menggapai sebuah cita-cita mulia, tentu dengan berusaha keras dalam mewujudkan sebuah keberhasilan kaum santri, untuk menatap masa depan yang lebih meyakinkan.

Dengan menggugat stigma negatif yang dialamatkan kaum santri, bahwa kaum santri merupakan kumpulan manusia yang tak mengerti kondisi kemajuan zaman, maka sudah waktunya kaum santri menggugat stigma yang dialamatkan tersebut, tentu dengan cara berusaha keras melakukan pembelajaran diri dalam menatap masa depan, agar kedepan kaum santri mampu menunjukkan pada dunia, bahwa kaum santri bisa menghadapi arus globalisasi yang semakin dirasakan bagi kehidupan masyarakat.

Kaum santri menggugat merupakan sebuah realita kehidupan yang terus dibangun, agar kedepan kaum santri benar-benar eksis dalam menatap masa depan yang kian berat disegala arah pertarungan, baik pertarungan ilmu pengetahuan maupun pertarungan ilmu spiritual, tentu semua membutuhkan sebuah proses yang panjang, untuk menghadapi berbagai permasalahan yang menjerat realita kehidupan.

Gerakan kaum santri menggugat sebuah fakta yang tak dapat dipungkiri. Mengingat kaum santri saat ini, mulai banyak yang terjun dikancah lokal maupun internasional dalam mengepakkan sayap-sayap perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, Sehingga kedepan kaum santri akan mampu menjadi pioneer-pioneer baru dalam memberikan berbagai karya tentang sosial, budaya, tehnologi, politik, dan berbagai karya lainnya, supaya suatu saat dimengerti oleh kelompok yang tak mengerti tentang gerakan kaum santri mengguggat.

Semoga Allah SWT memberi daya pikir yang cerdas, untuk kaum santri disegala penjuru arah angin, agar kaum santri mampu menjadi pioneer-pioneer disegala ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi seluruh alam semesta, Amiin....

Monday, 13 June 2016

Liberalisme Dalam Pandangan Islam


By: Khoirul Taqwim

Liberalisme merupakan paham kebebasan dengan mengedepankan hak individu dalam mengekspresikan segala kondisi dengan bebas lepas tanpa beban, tetapi dalam ajaran Islam mengajarkan tentang semangat tenggang rasa, tentu tidak sebatas dalam bentuk kebebasan belaka. Karena kalau kebebasan tanpa melihat kondisi sosial, tentu yang terjadi sebuah ketimpangan dalam pemahaman antara individu dan sosial.

Paradigma Liberalisme dalam memberikan makna tentang kebebasan sering di terjemahkan dalam makna yang tidak pada tempatnya. Sehingga yang terjadi dalam kehidupan tentang makna kebebasan mengarah pada sebuah semangat mencari pembenaran diri tanpa di landasi sebuah semangat tepa selira dalam menerjemahkan tentang multi kehidupan..

Pemahaman liberal cenderung mengarah kepada kebebasan tanpa batas, walaupun ada sebagian para penggerak paham liberal, bahwa liberal juga punya batasan tentang sebuah kebebasan antara individu dan sosial. Namun dalam realita makna kebebasan hanya terbatas pada ranah individu, bukan kebebasan dalam makna secara universal.

Ketika membedah liberalisme akan nampak sebuah kecerobohan dalam paham yang di anut sebagian masyarakat yang ingin sebuah kebebasan berekspresi dan berinovasi, padahal kebebasan individu akan menghasilkan sebuah tatanan yang kurang tepat dalam kehidupan sosial. Sebab kebebasan individu yang di gaungkan para kaum liberal dalam menerjemahkan sebuah makna kehidupan, telah mengantarkan dalam pola pikir destruktif dalam penerjemahan tentang berbagai persoalan.

Keberadaan liberalisme dalam kehidupan masyarakat mengarah pada paham kapitalisme, kalau di lihat dari sudut pandang ekonomi. Sebab liberalisme mengajarkan tentang sebuah kebebasan manusia sebebas-bebasnya dalam beraktivitas. Namun kalau di lihat secara teliti, bahwa paham liberal telah terjebak dalam paham individu, tanpa melihat dari sisi yang lain. Sehingga liberalisme hanya sebatas sebuah paham yang mengatasnamakan sebuah kebebasan. Namun bukan kebebasan dalam makna pembebasan sejati.

Liberalisme dalam perkembangan dan kelanjutannya, telah masuk dalam ranah tidak sebatas masalah ekonomi, sosial, budaya dan berbagai bidang yang lain. Bahkan liberalisme telah mengarah masuk keranah agama Islam. Sehingga dengan kondisi liberalisme masuk dalam makna keagamaan, telah mengalami sebuah dilema dalam penafsiran. Sebab paham liberal dalam menafsirkan Islam cenderung mengarah pada daya akal, tanpa melihat sisi teks maupun konteks secara tepat, padahal ajaran Islam dalam mengajarkan sebuah tafsir harus melalui berbagai paradigma secara kaffah, bukan hanya sebatas satu sisi belaka.

Keberadaan tafsir Islam dalam paham liberal cenderung mengarah pada kerancuan antara teks dan konteks. Sebab liberalisme lebih menekankan pada aspek konteks dalam menafsirkan berbagai ajaran Islam. Berangkat dari sinilah terdapat dilema besar sebuah pemahaman agama antara akal dengan wahyu.

Kekuatan ruh dalam ajaran Islam tidak sebatas masalah kebebasan dalam berargumen. Sebab kalau Islam hanya sebatas kebebasan belaka, berarti mempersempit makna Islam itu sendiri. Karena Islam merupakan ajaran kaffah tentang manusia saat berhubungan denganTuhan, begitu juga saat manusia berhubungan dengan sesama. Inilah catatan terpenting dalam dunia Islam, bahwa Islam bukan sebatas semangat kebebasan dalam menerjemahkan antara teks dan konteks. Namun Islam lebih luas lagi dalam memberikan sebuah gambaran tentang berbagai persoalan kehidupan manusia.

Islam merupakan ajaran dalam pencapaian sebuah kemaslahatan secara kaffah. Namun kalau sebuah kebebasan tidak menghasilkan sebuah kemaslahatan, berarti sama saja membuang energi dalam kesesatan. Sehingga di butuhkan sebuah paham yang mampu mensinergikan antara teks dan konteks dalam menggali tentang khazanah ke-Islaman.

Liberalisme dalam pandangan Islam sangat jauh dari sebuah Nilai-nilai Islam tentang semangat kemaslahatan secara kaffah. Sebab liberalisme sebatas semangat kebebasan dalam cara pandang tentang menerjemahkan sebuah ajaran Islam. Sedangkan Islam mengajarkan tentang semangat mencari kemaslahatan, bukan sebuah kebebasan tanpa melihat dari sisi kemaslahatan secara kaffah.

Keberadaan liberalisme cenderung dalam paham kebebasan semu. Sebab batasan dalam liberalisme bersifat abstrak, Namun ajaran Islam sudah jelas dalam melakukan sebuah penilaian antara haq dengan yang batil. Sedangkan liberalisme antara batil dan haq masih terlihat Samar-samar. Sebab dalam gagasan liberalisme cenderung pada makna sebuah kebebasan yang masih samar, apabila di kaitkan dengan bidang keagamaan.

Idiologi Liberalisme dalam pandangan Islam tidak sejalan dengan semangat kemaslahatan dalam menentukan antara yang haq dengan yang batil. Karena liberalisme sebatas semangat sebuah kebebasan dengan mengedepankan hak individu tanpa melihat dari sisi kemaslahatan secara kaffah dalam menentukan sebuah kebenaran.

Gagasan liberalisme nampak terjebak tentang makna sebuah kebebasan semu dalam memberikan sebuah penafsiran tentang kehidupan. Sehingga antara profan dan sakral tidak terjadi sebuah sinergi yang saling menguatkan dan mengokohkan. Sedangkan Islam merupakan sebuah bangunan keseimbangan antara profan dengan sakral dalam mengajarkan semangat mencari rahmat di jalan Allah dalam pencapaian menuju sebuah kebenaran haqiqi.

Melihat dari argumen tentang liberalisme dalam pandangan Islam, bahwa liberalisme tidak mengarah pada kemaslahatan antara profan dan sakral, berarti liberalisme sebatas mengarah pada kehidupan materialisme dalam memberikan makna sebuah kehidupan. Maka perlu ada sebuah keseimbangan antara profan dan sakral dalam menerjemahkan berbagai multi real tentang sebuah kehidupan. Dan Allah maha penguasa segala sesuatu, pengatur segala ciptaan di langit maupun di bumi, maka saya bersaksi tiada Tuhan selain Dia.

Sunday, 12 June 2016

Mengambil Hikmah: Perang Israel Vs Palestina


By: Khoirul Taqwim

Perang adalah sebuah tipu daya, untuk memenangkan dalam sebuah pergolakan yang penuh dengan berbagai intrik, baik melalui jalur musyawarah maupun jalur kekerasan sekalipun. Setiap generasi manusia tak lepas dari sebuah pertarungan dengan istilah "perang". Mengingat perang sudah menjadi jalan terakhir disaat akal pikiran sudah tidak mampu menemukan sebuah titik terang dalam menyelesaikan sebuah konflik, maka dari situlah jalur perang dengan angkat senjata sebagai bentuk mempertahankan sebuah nafas kehidupan bagi sebuah generasi manusia.

Perang dengan jalur kekerasan memang sangat merugikan berbagai pihak, bagaimana tidak? Perang telah menyebabkan kehilangan harta yang berlimpah, bahkan lebih jauh lagi, perang telah mengakibatkan korban nyawa dalam mempertahankan sebuah kehidupan, tetapi kondisi sudah membentuk antara membunuh atau dibunuh.

Menyedihkan ketika mendengar bahasa membunuh atau dibunuh, tetapi itulah realita kehidupan perang yang tak dapat ditolak dalam sebuah pertarungan antara kematian dan kehidupan. Sehingga perang antara Israel Vs Palestina menjadi sebuah perhelatan akbar pertarungan dengan berbagai senjata kecil maupun besar dengan daya hulu ledak yang mampu mengakibatkan sebuah datangnya kematian.

Ironis, ketika anak-anak maupun masyarakat yang tak ikut bertikai menjadi korban keganasan pertarungan dalam sebuah peperangan, tetapi apa mau dikata? Perang telah terjadi ditengah-tengah konflik kedua negara. Bahkan konflik antara Israel Vs Palestina sudah tidak hanya melibatkan kedua negara, tetapi berbagai negara ikut mendukung sebagai pemasok senjata maupun dalam bentuk bantuan lain, untuk memuluskan sebuah pertarungan antar kedua negara tersebut.

Perang antara Israel Vs Palestina telah menjadi simbol pertarungan yang tidak sebatas perebutan tanah maupun dalam bentuk perebutan lain, tetapi perang kedua negara tersebut, telah menjadi sebuah perang dengan simbol agama, kalau perang sudah melibatkan atas nama agama, tentu yang terjadi dapat ditebak perang akan semakin runyam dengan segala daya kekuatan.

Melihat kondisi peperangan yang terjadi ditengah-tengah realita kehidupan, sungguh menyedihkan dengan banyaknya korban yang berjatuhan antara kedua negara yang bertikai, tertapi dibalik semua itu dapat diambil sebuah hikmah besar, ternyata perang mampu menyatukan dalam satu padu masyarakat yang bertikai, untuk saling tolong menolong sesama kelompok masing-masing, seperti umat Yahudi, Kristen, dan sekutunya bersatu padu membantu kemenangan Israel, begitu juga kelompok Islam bersatu padu dengan berbagai dukungan, untuk kemenangan bangsa Palestina.

Hikmah besar yang dapat diambil dari sebuah bentuk peperangan, bahwa perang mampu menyadarkan seluruh umat manusia, karena perang sesungguhnya sangat membutuhkan sebuah persatuan dan kesatuan, untuk memenangkan sebuah pertarungan, tentu dalam proses peperangan tidak sekedar senjata yang kuat dia yang menang, tetapi saling memotivasi diri antar satu sama lain, agar kemenangan dapat diraihnya. Maka bersatulah!, Insya Allah peperangan akan segera dimenangkan bagi umat muslim, apabila umat muslim mampu merasakan disaat saudaranya tersakiti, seluruh umat muslim didunia ikut merasakan sakit, tetapi kalau umat muslim acuh tak acuh terhadap sesama saudaranya, maka yang terjadi bangunan persatuan umat muslim mengalami degradasi moral dalam sebuah bangunan persatuan dan kesatuan.

Slogan persatuan dan kesatuan merupakan sebuah bahasa yang mengandung hikmah besar, maka hikmah persatuan dan kesatuan dapat diambil dari sebuah perang antara Israel Vs Palestina. Mengingat kalau umat Yahudi, Kristen dan para sekutunya bersatu, sedangkan umat muslim tidak dalam kondisi bersatu, maka dapat dipastikan umat muslim akan mengalami kekalahan dalam sebuah peperangan, tetapi kalau umat Yahudi, Kristen dan para sekutunya tidak besatu, sedangkan umat Islam bersatu, maka dapat dipastikan kejayaan umat muslim akan segera tiba.

Sudah waktunya umat muslim mengambil hikmah dalam peperangan Israel Vs Palestina, bahwa persatuan dan kesatuan merupakan sebuah kunci kemenangan dalam melakukan sebuah bentuk segala ativitas, baik dalam kondisi perang maupun dalam kondisi tertentu.

Semoga Allah SWT mengabulkan sebuah bangunan persatuan dan kesatuan bagi umat muslim didunia, agar umat muslim mampu mencapai kejayaan secara kafah, Amin.....

Saturday, 11 June 2016

Sepak Terjang Kaum Santri


By: Khoirul Taqwim

Sepak terjang kaum santri, baik ditingkat lokal, regional, dan juga Internasional, telah membawa perubahan bagi kaum santri menuju berbagai gerakan aksi dalam membenahi tatanan kehidupan masyarakat secara luas. Mengingat kerusakan sebuah bangsa dan negara tak lepas dari sebuah degradasi moral disegala aspek kehidupan, bahkan degradasi moral telah memasuki berbagai wilayah kekuasan negara. Sehingga yang terjadi dari sebuah degradasi moral, telah menimbulkan berbagai kasus korupsi, kolusi, dan berbagai kasus negatif lainnya.

Dengan terjadinya sebuah degradasi moral disegala aspek kehidupan, sudah selayaknya para kaum santri mampu berdiri digarda depan perubahan dalam menyikapi berbagai permasalahan bangsa dan negara, terutama kebobrokan moral para pemegang tampuk kekuasaan. Karena kalau pemimpin bobrok dalam segi moral dipastikan negara akan mengalami kehancuran, maka dengan sangat mendesak, sepak terjang dari berbagai kalangan kaum santri sangat dibutuhkan, untuk terus mengawal sebuah perubahan dari degradasi moral menuju rekonstruksi moral secara totalitas.

Sepak terjang para kaum santri dimulai dari pembenahan dunia pendidikan. Mengingat dunia pendidikan di negeri Indonesia sudah dikuasai budaya asing dan paradigma asing dengan berkedok kemanusiaan, padahal semua itu tak lebih dari sebuah kebohongan atas nama HAM, tetapi HAM yang dibawa berjenis kelamin dari pemahaman westernisasi.

Membedah westernisasi dalam kaca mata kaum santri diperlukan sebuah kecermatan dalam berpikir, apalagi westernisasi sering berwajah kemanusiaan, padahal semua itu tak lepas dari topeng semata, maka kaum santri dituntut, untuk jeli dalam menyikapi sebuah persoalan tentang realita kehidupan didunia pendidikan yang sebagian besar mengadopsi pola paradigma dari bangsa barat.

Selain dunia pendidikan dalam mencapai sebuah hasrat perubahan, agar tercipta sebuah kehidupan yang sehat, maka kaum santri harus menata ulang kebobrokan birokrasi dinegeri Indonesia dengan jalan melakukan berbagai aksi, baik aksi damai maupun dalam bentuk aksi lainnya.

Kebobrokan birokrasi di negeri Indonesia yang tidak melayani masyarakat secara optimal, maka perlu ada sebuah reformasi, bahkan kalau perlu ada sebuah aksi revolusi total, ketika birokrasi pemerintahan yang sudah seharusnya sebagai pelayan masyarakat, namun fakta dilapangan jauh dari harapan masyarakat secara luas, maka tidak ada kata lain, selain perombakan secara totalitas harus dilakukan, agar bangsa Indonesia mampu berbicara lagi dikancah Internasional.

Kerusakan sendi-sendi bangunan moral yang mengakibatkan krisis kepemimpinan. Berangkat dari sinilah, bahwa waktu yang tepat telah tiba, untuk kaum santri berdiri tegak melakukan berbagai aksi perubahan, bahkan sudah seharusnya kaum santri mampu menjadi pemegang tampuk kepemimpinan, baik ditingkat lokal, regional maupun Internasional.

Dengan adanya sepak terjang dari para kaum santri, untuk pembenahan diberbagai sistem kehidupan berbangsa dan bernegara, tentu diharapkan para kaum santri mampu menjadi garda perjuangan dalam memberikan jasa yang terbaik buat agama dan bangsa, semua membutuhkan sebuah proses yang panjang dari generasi-kegenerasi, baik melibatkan kaum santri secara intern maupun ekstern.

Membangun sebuah kekuatan bangsa dan negara diseluruh penjuru Nusantara, sudah dipastikan memerlukan sebuah gagasan paradigma pemikiran dari kalangan kaum santri, agar kelak kaum santri mampu bangkit dari berbagai kendala yang dihadapi, selanjutnya para kaum santri mampu bangkit melakukan pembenahan diri dari berbagai aspek, baik dari aspek sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, tehnologi, kepemimpinan, dan berbagai aspek lainnya.

Peran serta kaum santri dalam membangun sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara, agar kembali bermartabat dikawasan Asia Tenggara, bahkan diberbagai kawasan belahan bumi lainnya, semua membutuhkan sebuah dedikasi tinggi dari para kaum santri, untuk terus memberikan sebuah perubahan yang lebih baik bagi kehidupan masyarakat secara kafah.

Kaum santri dengan segala sepak terjangnya merupakan sebuah tindakan yang terus berusaha keras, untuk mencari solusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengingat bangsa Indonesia mengalami berbagai krisis, baik krisis moral, krisis ekonomi, dan berbagai krisis lainnya, maka tidak ada kata lain, selain seindah kata sepak terjang kaum santri dalam berjuang menegakkan "amar ma'ruf nahi munkar" disegala penjuru alam Nusantara.

Semoga Allah SWT memberikan daya juang yang gigih kepada para kaum santri, agar kelak para kaum santri mampu berbuat banyak dalam membangun sendi-sendi kehidupan yang sesuai dengan sabda dan fiman, Amiin.......

Friday, 10 June 2016

Membangun Pendidikan ala Islam Tradisional


By: Khoirul Taqwim

Pendidikan merupakan pintu gerbang dalam membangun sumber daya manusia. Sehingga pendidikan sangat urgen bagi kemajuan sebuah bangsa dan negara. Mengingat pendidikan sebagai peletak dasar awal mula membangun sumber daya manusia, sebelum terjun langsung ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

Membangun pendidikan yang berorientasi pada kearifan lokal merupakan sebuah keniscayaan yang tak dapat ditolak. Karena kearifan lokal salah satu watak dan kepribadian masyarakat setempat dalam mengeja langkah menuju kehidupan sejati.

Kearifan lokal modal awal dalam membangun para pelajar, agar kedepan para pelajar mengerti dan paham akan realita kehidupan. Sehingga para pelajar menemukan jati diri sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya sebatas teoritis belaka, tetapi lebih mengena pada kehidupan secara nyata.

Kehidupan pendidikan di negeri Nusanatara, sudah semestinya membangun jiwa dan ruh dalam kehidupan para pelajar, agar para pelajar mendapatkan sebuah ilmu yang bermanfa'at dalam menatap masa depan, tetapi pendidikan yang terjadi saat ini, ternyata tak jarang ditemukan ilmu yang jauh dari kearifan lokal. Sehingga para pelajar berada dalam tekanan kubangan asing, apalagi para pelajar diwajibkan belajar berbagai idiologi luar yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan, tentu pendidikan model seperti ini, cenderung mengarah pada westernisasi.

Pendidikan di Nusantara sudah saatnya berorientasi pada nilai-nilai kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman. Karena nilai-nilai kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman merupakan sebuah realita tang tak dapat ditolak. agar dapat membangun watak dan kepribadian para pelajar yang sesuai dengan moral kebangsaan.

Ketika moral bangsa terjadi sebuah istilah rekonstruksi, berarti bangsa dan negara mengalami kehidupan yang sehat, tetapi disaat sebuah bangsa terjadi istilah destruktif moral, berarti sebuah bangsa dan negara mengalami regresi dibawah titik nadir yang membahayakan bagi kehidupan masyarakat secara luas.

Keberadaan kearifan lokal yang bertumpu pada niali-nilai ke-Islaman merupakan sebuah pandangan Islam tradisional dalam membangun sebuah pendidikan, agar pendidikan di negeri Nusantara dapat berkembang dan mengalami kemajuan sesuai kepribadian sebuah bangsa dan negara.

Kearifan lokal dan nilai-nilai ke-Islaman merupakan sebuah keniscayaan yang tak dapat dibantah dalam membangun pendidikan di negeri Nusantara, agar pendidikan semakin jaya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang lebih bermanfa'at, apalagi kearifan lokal dan nilai-nilai ke-Islaman dapat di ibaratkan "jiwa dan raga" yang tak dapat dipisahkan.

Semoga Allah SWT memberi rahmat dan berkah kepada para pendidik di negeri Nusantara, Amiin..........