Kualitas pendidikan Indonesia masih dibilang rendah, apabila kualitasnya dibandingkan dengan lulusan luar negeri yang sudah mapan pendidikannya, tetapi bangsa Indonesia tidak perlu rendah diri. Mengingat krisis pendidikan yang ada di Indonesia masih bisa diselamatkan, asalkan pembenahan siswa dengan jalan perbaikan, baik melalui sistem pendidikan maupun mengupayakan para pendidik yang berkualitas. Insya Allah, Indonesia masih bisa keluar dari krisis pendidikan yang terjadi di tengah-tengah realita kehidupan berbangsa dan bernegara.
Memperbaiki pendidikan adalah: sebuah keniscayaan yang harus dilakukan, supaya kedepan bangsa Indonesia dapat mengejar sebuah kualitas pendidikan yang sudah tertinggal di tingkat Internasional. Sehingga pendidikan Indonesia dapat menghasilkan para siswa terbaik di segala aspek kehidupan, baik dalam aspek sosial, budaya, sains, teknologi, ekonomi, teknik, pertanian, hukum, dan berbagai aspek lainnya.
Keberadaan pendidikan bukan hanya sekedar ingin cepat lulus, apalagi hanya sebatas ingin mendapatkan gaji besar belaka, tetapi pendidikan harus mampu menghasilkan sebuah lulusan yang dapat berpikir secara universal, lalu pada akhirnya pendidikan dapat menciptakan entrepreneur yang berilmu dan berinovasi handal, bukan pendidikan yang hanya berani kerja semata.
Wajah pendidikan Indonesia masih sangat memilukan, apalagi pendidikan Indonesia masih menghasilkan berbagai produk kebijakan yang tak sedikit bermasalah. Sehingga pendidikan Indonesia di ambang krisis yang sangat mengerikan, apabila pemerintah sebagai pengelola negara tidak secepat mungkin membenahi dunia pendidikan Indonesia secara baik, tentunya pendidikan Indonesia kedepan, akan semakin suram pada hari dan tahun berikutnya.
Permasalahan krisis pendidikan Indonesia dimulai dari sistem pendidikan yang masih kacau balau, apalagi ditambah sistem pendidikan yang berorientasi pada materi semata atau sering disebut dengan istilah: "pendidikan kapitalisme", tetapi bukan pendidikan yang berorientasi pada kerakyatan dengan berupaya mencerdaskan siswa secara universal, tanpa melihat siswa kaya maupun siswa miskin. Sehingga terjadi pendidikan yang egaliter tanpa melihat status sosial, baik dari golongan darah biru atau dari golongan darah rakyat jelata, semua harus diperlakukan sama di dunia pendidikan, dan tentunya jauh dari diskriminasi pendidikan di tengah-tengah realita kehidupan masyarakat luas.
Lebih jauh lagi permasalahan krisis pendidikan, disebabkan kondisi guru yang belum berkualitas, padahal guru merupakan pondasi utama dalam membangun sebuah tatanan pendidikan. Sehingga kalau guru tidak berkualitas, tentunya sangat mempengaruhi dunia pendidikan, untuk menghasilkan siswa yang berkualitas. Mengingat guru merupakan pendidik yang bertanggung jawab penuh atas kemajuan dan kemunduran siswa di dalam belajar tentang memahami berbagai materi pelajaran yang diajarkan didunia pendidikan.
Krisis guru yang berkualitas di pendidikan Indonesia, disebabkan para guru mengalami sebuah krisis kehilangan mental 'keguruannya'. Karena tak lepas dari anggapan para guru, bahwa guru merupakan pekerjaan, tetapi bukan pengabdian dan panggilan hati dalam mendidik siswa di dunia pendidikan saat ini.
Pada akhirnya di saat terjadi krisis pendidikan Indonesia, dimulai dari sistem pendidikan yang masih kacau balau, dan juga krisis kualitas guru. Maka secara langsung atau tidak langsung di dunia pendidikan, telah menghasilkan sebuah krisis siswa yang handal dan tangguh dalam menyambut tantangan zaman, baik dari permasalahan, teknologi, sosial, budaya, ekonomi, hukum, moral, teknik, pertanian, sains, dan berbagai permasalahan lainnya.
Dengan adanya krisis pendidikan Indonesia, tentunya pemerintah sebagai pengelola negara sudah seharusnya melakukan perbaikan dari sistem pendidikan maupun perbaikan kondisi kualitas guru, supaya kedepan pendidikan Indonesia dapat keluar dari krisis, dan pada akhirnya mampu menciptakan pendidikan yang berkualitas tinggi, baik di tingkat regional maupun di tingkat Internasional.
dan Sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan Kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman". (QS. An – Naml [27]: Ayat 15).
tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At – Taubah [9]: 122).