Thursday, 16 February 2012

Suka Menghina FPI, Tetapi Hina Diri Sendiri Tidak di Hiraukan





Judul diatas terinspirasi “Syi’ir Tanpo Waton” Gus Dur. Bahwa Gus Dur mengajarkan kepada anak bangsa tentang menyikapi perbedaan dengan arif dan bijaksana, agar terjadi sebuah perbedaan sebagai rahmat seluruh alam, tetapi ternyata sebuah perbedaan terkadang di artikan lain, sehingga menghasilkan paradigma yang jauh dari Nilai-nilai kemanusiaan. Bahkan perbedaan telah dijadikan rasa benci terhadap kelompok tertentu. Inilah penyakit hati yang harus di obati dalam diri setiap insan manusia.

Gus Dur merupakan tokoh bangsa Indonesia dengan memegang teguh "Bhinneka Tunggal Ika" sebagai falsafah cara pandang menyikapi sebuah perbedaan, Namun saat ini kita di hadapkan berbagai macam persoalan yang kita anggap negatif, tetapi kita lupa negatif yang kita miliki. Sehingga menghasilkan sebuah penyakit hati dengan menghina organisasi tertentu atau Individu tertentu, tanpa bercermin dalam diri kita sendiri terlebih dahulu.

Kritik membangun sangat di butuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi menghina, menodai dan berbagai macam tindak destruktif sangat bertentangan dalam kehidupan masyarakat secara luas. Sehingga kedepan di perlukan sebuah instropeksi diri, apakah kita termasuk orang yang suka menghina? Kalau kita termasuk golongan tersebut, apakah kita lebih baik di banding kelompok yang kita hina? Nah! disinilah perlu sebuah cermin, agar kita tahu bahwa kita belum tentu lebih baik dari kelompok maupun individu yang kita hina.

Saat ini di tengah konfliks petinggi FPI menghadapi masalah penolakan di Kalimantan tengah, ada berbagai argumen muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat. sebagian ada yang masih sehat dalam berpikir tentang konfliks tersebut, tetapi ada sebagaian nalar orang yang sudah tidak berjalan. Sehingga menghasilkan sebuah komentar destruktif terhadap FPI, tanpa di dasari argumen konstruktif dalam menyikapi sebuah persoalan. Karena yang ada hanya sebatas kebencian dan dendam tentang keberadaan kelompok FPI. Bahkan muncul penghinaan terhadap lembaga FPI secara buta dan kasar.

Berangkat dari tulisan di atas muncul sebuah pertanyaan. Ketika mereka berani menghina FPI, apakah mereka lebih baik dari FPI? Nah! inilah pertanyaan sederhana yang dapat dijadikan koreksi dalam diri kita, agar kedepan kita dapat terhindar dari penyakit hati.

Ingatlah sepenggal “Syi’ir Tanpo Waton” Gus Dur. Seneng ngafirke marang liyane, Kafire dewe gak digatekke (senang mengkafirkan orang lain, kafir dalam diri sendiri tidak di hiraukan). Berarti suka menghina FPI, tetapi hina dalam diri sendiri tidak dihiraukan. Semoga Allah menerima taubat kami, Amiens..........

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........
......... .....