Bermain masalah agama dalam lingkup politis sangat kental dengan hawa panas, bagimana tidak? agama adalah bentuk jiwa keyakinan yang terdalam, tetapi di bawa menuju ranah realitas kekuasaan. Bahkan di bawa alam kekuasaan yang penuh tipu daya, sehingga makna agama semakin sempit dalam pemaknaan yang sebenarnya, mengingat agama sudah di olah sedemikian rupa, untuk kepentingan sebuah singgasana kekuasaan
Lalu apakah salah agama di bawa menuju alam pusaran kekuasaan? Dalam meraih sebuah kekuasaan tidak ada kata salah, karena di situ terdapat Abal-abal makna kebenaran, karena yang salah bisa menjadi benar, sedangkan yang benar bisa menjadi salah. Nah! disinilah kekuasaan sangat menjadi impian bagi sebagian manusia yang ingin berkuasa, sehingga dengan segala cara apapun akan di raih sebuah kursi kekuasaan. Bahkan harta dan nyawa di pertaruhkan demi atas nama sebuah kekuasaan.
Banyak perbedaan dari berbagai kalangan mengenai agama yang masuk menuju ranah kekuasaan. Sebagian mengatakan agama jangan masuk menuju ranah kekuasaan, tetapi agama di tempatkan dalam ranah keyakinan, agar tercipta agama secara fitrah dalam kehidupan manusia, karena, apabila agama masuk menuju ranah kekuasaan sering di politisasi menurut kepentingan sang pemegang kekuasaan. Namun ada juga yang berpendapat. Bahwa agama harus masuk dalam kerangka kekuasaan, karena agama mengatur segala kehidupan manusia, sehingga agama dapat di jadikan kontrol bagi sang penguasa dalam mengambil sebuah kebijakan.
Nah! kedua pendapat di atas menjadi suatu slogan,. Bahwa kalangan penentang agama masuk dalam wilayah kekuasaan, karena di anggap mencinderai sebuah ajaran murni agama yang telah tersirat maupun tersurat, tetapi di sisi lain, ketika agama masuk dalam ranah kekuasaan dapat di jadikan acuan dalam mengambil sebuah langkah kebijakan sang penguasa, untuk menentukan secara arif dalam melangkah menuju rekonstruksi secara total dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lepas dari etis atau tidak etis mengenai agama masuk dalam ranah kekuasaan. Bahwa realitas sebuah pusaran kekuasaan sangat berhawa panas sekali, mengingat kekuasaan itu milik mayoritas secara semu, namun realitas di lapangan. Bahwa kekuasaan itu milik minoritas bukan mayoritas, padahal menurut Ibn Khaldun. Bahwa mayoritas manusia ingin berkuasa dan menguasai yang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Karena manusia punya watak dan sifat binatang bisu.
Nah! berangkat dari tulisan di atas, bahwa agama sering di bawa menuju pusaran kekuasaan, tetapi sangat ironis agama begitu panas di saat memasuki alam pusaran kekuasaan. Lalu kenapa agama menjadi panas di saat memasuki pusaran kekuasaan? karena agama telah di jadikan alat segelintir manusia, untuk menuju singgasana kekuasaan dengan cara memelintir ajaran agama sesuai dengan kepentingan sang pendamba singgasana kekuasaan. Wallahu a'lam bisshowab.............
Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)............